Kecepatan dalam berolah raga
Seringkali kecepatan menjadi faktor penentu dalam cabang olahraga seperti nomor-nomor sprint, anggar, tinju dan beberapa cabang olahraga permainan. Karena kecepatan dalam banyak cabang merupakan komponen kondisi fisik yang esensial (Harsono, 1988: 216). Kecepatan dipengaruhi oleh waktu rekasi, sedangkan waktu reaksi tergantung pada proses rangsang indera atau syaraf pendengaran dan syaraf perintah. Misalnya seseorang sedang melakukan start dalam lari sprint, maka waktu reaksi itu adalah waktu mendengarkan aba-aba start sampai gerak pertama yang dilakukan (Sajoto, 1988 : 54-55).
Menurut Fox dan Mathews (1981) yang dikutip oleh Sodarno mengatakan bahwa kira-kira diperlukan waktu 6 detik untuk mencapai kecepatan maksimum dari mulai start diam. Untuk dapat mengalami kecepatan maksimum, seorang pelari hendaknya berlari minimal 50 yard. Sedangkan kecepatan ulangan latihan kecepatan baru dimulai lagi setelah keadaan pulih asal benar (Soedarno, SP, 1982 : 91).
Dikatakan pula ada tiga macam cara yang dikenal untuk melatih kecepatan yaitu:
1. Interval sprinting
2. Acceleration spinring
3. Hollow sprint
Kecepatan bukan berarti hanya menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, tetapi dapat pula terbatas pada gerak tubuh, Seperti kecepatan melempar bola ditentukan oleh singkat tidaknya lengan dalam menempuh jarak gerak lempar, dan sebagainya.
Para ahli penelitian dari Leningrat Physical Culture Recerch Institute yang dikutip oleh Harsono (1988) tekah melakukan beberapa penelitian tersebut menyimpulkan bahwa, jik aingin mengembangkan kecepatan (speed) jangan hanya berlatih kecepatan saja, akan tetapi berlatih pula komponen-komponen lainnya seperti kekuatan dan daya tahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan itu menurut Bompa (1983) yang dikutip Harsono (1988) ada enam fa ktor yaitu :
1. Keturunan (Heredity) dan natural talent
2. Waktu reaksi
3. Kemampuan untuk mengatasi tahan (resistance) ekternal seperti peralatan lingkungan dan lawan
4. Teknik seperti, misalnya gerakan tangan, tungkai, sikap tubuh pada waktu lari, dan sebagainya.
5. Konsentrasi dan semangat
6. Elastisitas otot, terutama otot-otot di pergelangan kaki dan pinggul.
Mungkin diperngaruhi oleh faktor hereditas, namun kecepatan aerobic dapat ditingkatkan dengan jalan meningkatkan otot secara optimal dan dengan memperbaiki ediensi mekanis dari gerakan-gerakan itu. Akan hal ini usaha latihan kekuatan harus dipusatkan pada kelompok otot yang paling berperan dalam kegiatan olahraga tersebut. Misalnya untuk lari cepat atau melompat, maka kekuatan harus dikembangkan pada otot-otot pendukung anggota bawah (Pete, Rotella, Mc. Clenanghon, Pentejemah K.Dwijowiyono, 1993 : 325).
Menurut Fox dan Mathews (1981) yang dikutip oleh Sodarno mengatakan bahwa kira-kira diperlukan waktu 6 detik untuk mencapai kecepatan maksimum dari mulai start diam. Untuk dapat mengalami kecepatan maksimum, seorang pelari hendaknya berlari minimal 50 yard. Sedangkan kecepatan ulangan latihan kecepatan baru dimulai lagi setelah keadaan pulih asal benar (Soedarno, SP, 1982 : 91).
Dikatakan pula ada tiga macam cara yang dikenal untuk melatih kecepatan yaitu:
1. Interval sprinting
2. Acceleration spinring
3. Hollow sprint
Kecepatan bukan berarti hanya menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, tetapi dapat pula terbatas pada gerak tubuh, Seperti kecepatan melempar bola ditentukan oleh singkat tidaknya lengan dalam menempuh jarak gerak lempar, dan sebagainya.
Para ahli penelitian dari Leningrat Physical Culture Recerch Institute yang dikutip oleh Harsono (1988) tekah melakukan beberapa penelitian tersebut menyimpulkan bahwa, jik aingin mengembangkan kecepatan (speed) jangan hanya berlatih kecepatan saja, akan tetapi berlatih pula komponen-komponen lainnya seperti kekuatan dan daya tahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan itu menurut Bompa (1983) yang dikutip Harsono (1988) ada enam fa ktor yaitu :
1. Keturunan (Heredity) dan natural talent
2. Waktu reaksi
3. Kemampuan untuk mengatasi tahan (resistance) ekternal seperti peralatan lingkungan dan lawan
4. Teknik seperti, misalnya gerakan tangan, tungkai, sikap tubuh pada waktu lari, dan sebagainya.
5. Konsentrasi dan semangat
6. Elastisitas otot, terutama otot-otot di pergelangan kaki dan pinggul.
Mungkin diperngaruhi oleh faktor hereditas, namun kecepatan aerobic dapat ditingkatkan dengan jalan meningkatkan otot secara optimal dan dengan memperbaiki ediensi mekanis dari gerakan-gerakan itu. Akan hal ini usaha latihan kekuatan harus dipusatkan pada kelompok otot yang paling berperan dalam kegiatan olahraga tersebut. Misalnya untuk lari cepat atau melompat, maka kekuatan harus dikembangkan pada otot-otot pendukung anggota bawah (Pete, Rotella, Mc. Clenanghon, Pentejemah K.Dwijowiyono, 1993 : 325).