1. Koneksitas

Dalam kehidupan individu, kelompok atau organisasi, baik organisasi yang berskala kecil maupun luas perlu adanya hubungan kerja antar komponen internal organisasi itu sendiri maupun antar eksternal organisasi lainnya. Hubungan kerja tersebut muncul karena adanya beberapa kepentingan yang ingin dicapai oleh individu, kelompok, atau organisasi yang telibat di dalamnya.
Hubungan kerja dikenal dengan istilah “koneksitas”. Koneksitas berasal dari kata “koneksi”, yang dalam bahasa Inggrisnya “interconnection” bila diterjemahkan berarti “hubungan yang dapat memudahkan (melancarkan) segala urusan (kegiatan)”. Bila pengertian tersebut dikaitkan dengan individu, kelompok, atau organisasi maka dapat diartikan bahwa koneksitas adalah hubungan kerja sama yang menjamin terjadinya komunikasi antara satu individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, atau organisasi yang satu dengan organisasi lainnya dalam rangka mempermudah atau memperlancar suatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Setiap organisasi tidak dapat menolak fakta bahwa koneksitas merupakan salah satu faktor sentral dalam upaya mewujudkan eksistensi organisasi berupa tercapainya tujuan organisasi. Koneksitas berkaitan dengan komunikasi dalam lingkup organisasi yang menitikberatkan kepentingan pada sektor-sektor tertentu dan akan bermanfat bila koneksitas yang ada senantiasa dibina dan dikembangkan yang mengarah pada kelangsungan koneksitas yang intensif dan efektif. Dengan koneksitas yang intensif dan efektif maka akan mampu memotivasi dan membangun sumber daya organisasi yang potensial sebagai modal dan aset organisasi dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran organisasi secara efektif dan efisien, sebagai wujud atau eksistensi secara keseluruhan suatu organisasi.
Secara umum koneksitas dalam kaitanya dengan komunikasi organisasi dapat diintensifkan oleh suatu organisasi melalui kegiatan sebagai berikut:
a. Koordinasi
Koordinasi adalah kegiatan mengatur dan mengarahkan kegiatan oganisasi, baik yang selama dalam proses perencanaan, perancangan, maupun pelaksanaan program di lapangan sehingga kegiatan tersebut dapat berlangsung dengan baik dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh seluruh komponen organisasi.
Berlangsung baiknya koordinasi dalam organisasi ditandai oleh adanya tingkat pertemuan, tingkat kunjungan lapangan penyelesaian masalah, dan tingkat pengelolaan laporan operasional rutin organisasi serta tercapainya tujuan kegiatan sesuai dengan yang telah ditergetkan organisasi.



b. Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses pemberian informasi, pengadaptasian, penyesuaian, pengenalan dan penjabaran program kegiatan pokok organisasi sehingga kegiatan organisasi dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan aturan-aturan atau instruksi-instruksi yang diberikan.
Sosialisasi dilakukan dengan harapan terbangunnya persepsi visi dan misi organisasi, yang ditandai dengan tingkat pelaksanaan program pada kegiatan-kegiatan yang mampu melibatkan semua unsur organisasi dalam rangka percepatan pelaksanaan program dan tujuan organisasi secara keseluruhan.
c. Sinergis
Sinergis adalah pelaksanaan kegiatan organisasi yang dilakukan dengan memberdayakan kemampuan komponen organisasi secara bersama-sama sebagai sumber daya organisasi secara keseluruhan dengan tujuan mencapai hasil yang lebih maksimal atau sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dibandingkan melakukan kegiatan sendiri-sendiri.
Dengan sinergisitas diharapkan terbangunnya kerja sama yang saling menguntungkan antar organisasi, yang ditandai dengan pendayagunaan sumber daya organisasi yang optimal dan intensif dalam mencermati dan merancang program-program organisasi sebagai upaya mempercepat pelaksanaan kegiatan pokok organisasi secara keseluruhan.


d. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran atau penilaian terhadap kegiatan yang telah dicapai organisasi dengan sasaran atau target yang seharusnya dicapai atau perbandingan antara perencanaan dengan pelaksanaan. Untuk menghindari bias hasil penilaian, maka dalam melakukan evaluasi perlu memperhatikan ketepatan waktu maupun kriteria penilaian yang jelas. Sebagaimana yang dikemukakan Steers (dalam Kowal, 2001:44) bahwa “ketidakberhasilan mencapai keefektifan pengukuran disebabkan oleh kriteria yang tidak jelas dan tidak tepat serta waktu pelaksanaan evaluasi yang tidak tepat”.
Dengan evaluasi maka organisasi dapat membandingkan pelaksanaan dengan perencanaan. Hal mana evaluasi dilakukan dengan mengacu pada beberapa panduan hasil pelaksanaan kegiatan yang dapat dijadikan sebagai feed back (umpan balik) dalam mengambil keputusan, penyusunan dan penyempurnaan program kegiatan organisasi di masa yang akan datang.
Bufford dan Bedeian (1989) mengemukakan bahwa tujuan evaluasi adalah:
a. Untuk mengetahui sesuatu rencana yang diinginkan.
b. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan intstruksi serta azas-azas yang telah diinstruksikan.
c. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan dalam bekerja.
d. Untuk mengetahui segala sesuatu apakah berjalan efisien.
e. Untuk mencari jalan keluar bila ternyata dijumpai kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan atau kegagalan ke arah perbaikan.


Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa di samping sebagai bahan informasi maka evaluasi merupakan salah satu bentuk alat komunikasi yang dapat menyampaikan pesan dan pikiran, baik secara verbal maupun nonverbal kepada pihak-pihak lain yang memerlukan tentang hasil suatu kegiatan, misalnya penyampaian laporan hasil kegiatan oleh bawahan kepada pimpinan.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa koneksitas dengan keempat unsurnya (koordinasi, sosialisasi, sinergis, evaluasi) merupakan jalinan komunikasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, yang dapat digunakan oleh organisasi, mulai dari saat perencanaan, implementasi program maupun sebagai feed back (umpan balik) untuk menyempurnakan kegiatan selanjutnya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang lebih maksimal di masa yang akan datang.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel