INCONGRUENCE
Dasar teori: The Phenomenological Perspective in Personality Theory • Tingkah laku individu dapat dipahami hanya melalui persepsi subyektif dan kesadaran terhadap realitas à realitas obyektif secara sadar diterima dan diinterpretasikan oleh individu pada suatu waktu tertentu. • Individu memiliki kapasitas untuk menentukan nasibnya. à individu bebas memutuskan kehidupan seperti apa yang diinginkan dalam konteks kemampuan dan keterbatasan yang bersifat bawaan. • Manusia pada dasarnya baik, konstruktif à bergerak menuju diferensiasi yang lebih baik, maturity, autonomy • Proses perkembangan yang terfokus pada realisasi dari kemungkinan dan potensi dalam diri sepanjang masa kehidupan à pandangan positif dan optimistic (humanistik) Person Centered Theory – Pandangan Rogers tentang Human Nature • Manusia pada dasarnya konstruktif, bertujuan, bergerak maju, realistic dan dapat dipercaya. • manusia memiliki kecendrungan dasar yaitu mencapai aktualisasi diri. • person adalah kekuatan energi aktif yang berorientasi pada goal masa depan dan self directed purposes • melalui terapi manusia dikembangkan menuju kodratnya yang alami yaitu optimistic dan humanistic. • Pendapat Rogers: Individu pada dasarnya bergerak maju (pada kondisi yang tepat) akan merealisasikan semua potensi yang dimiliki menuju kondisi yang sehat secara psikologis). Actualizing Tendency as Life’s Master Motive • Semua tingkah laku didorong dan dibimbing oleh satu motive yaitu actualizing tendency (sebagai motivational construct) • Actualizing tendency secara natural terekspresikan melalui sejumlah tingkah laku • Karakteristik actualizing tendency: 1. Berakar dalam proses fisiologis 2. Tidak semata-mata bertujuan untuk mengurangi ketegangan tetapi juga peningkatan ketegangan • Self actualizing tendency adalah proses sepanjang hidup manusia dalam merealisasikan potensi dirinya. Penekanan Pada Pengalaman Subyektif • Hubungan antara pengalaman dan tingkah laku Tingkah laku individu tidak dapat dipahami tanpa referensi dari interpretasi subyekyif individu terhadap kejadian-kejadian yang dialami. • Lebih menekankan pada pengalaman saat ini Tingkah laku Hostile: memandan dunia sebagai tempat yang berbahaya. merasa tidak dicintai. • Self: Self concept dan Ideal self Perkembangan Self Concept • Evaluasi dari orang lain, terutama pada masa invancy dan early childhood à positif atau negative self image • Struktur self terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan terutama figure yang significant • Mampu membedakan “diri” dan “bukan diri” à berkembang self concept • Elemen Penting dalam self concept • Need for positive regard (universal) • Need for positive self regard (dipelajari) SELF CONSISTENCY & CONGRUENCE SELF & EXPERIENCE SELF CONCEPT CONGRUENCE Kesesuaian antara self concept & experience Konsisten Actualization EXPERIECE INCONGRUENCE keadaan disharmoni yang terjadi karena adanya kesenjangan. Œ Threats Respon: tension, convension & guilt tidak disadari – cemas & personality disorganization. Kecemasan: respon emosional terhadap threats sebagai akibat dari diskrepansi antara pengalaman, struktur self mencapai kesadaran. Defence: respon behavioral terhadap threats dengan tujuan memelihara integritas struktur self. Bentuk defence: a. Perceptual distortion Yaitu mengubah makna yang terdapat dalam pengalaman agar sesuai dengan self concept b. Denial Yaitu menolak eksistensi threats yang bertentangan dengan struktur self. Personality Disorganization & psychopatology ▪ Pengalaman struktur self – sangat tidak konsisten ▪ Pengalaman struktur self - sering terjadi incongruence ▪ ANXIETY (mengganggu kehidupan sehari-hari) à neurotic ▪ Incongruence antara self dan pengalaman terjadi terus menerus à defence tidak berfungsi à self concept menjadoi goyah/ hancur à psychotic ▪ Disorganisasi kepribadian bisa terjadi secara tiba-tiba atau berangsur-angsur. ▪ Tingkah laku yang tidak terorganisir merupakan akibat dari incongruence antara self dan penglaman. ▪ Besarnya diskrpansi antara self dan pengalaman akan menentuka derajat keparahan gangguan psikologis yang akan dialami.