Siapa Cheng Hoo…. ?

Siapa Cheng Hoo…. ?


Barang siapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih daripada  kebaikannya itu; dan barang siapa datang (membawa) kejahatan,  maka orang yang telah mengerjakan kejahatan itu dengan diberi balasan (seimbang dengan apa yang dahulu mereka kerjakan (al Qaslah:84) 
Laksamana Zheng He (atau juga banyak yang menyebut Cheng Hoo) adalah seorang perwira gagah berani di zaman Dinasti Ming, yang telah berhasil mengarungi tiga samudra untuk melakukan muhibah ke 5 benua didunia. Siapa sebenarnya sang pahlawan samudra ini? .Meskipun nama besarnya sudah mendunia, tetapi banyak diantara kita yang belum tahu bagaimana perjuangan sebenarnya. Inilah ceritera perjalanan sang pahlawan yang kenal dinegerinya maupun dinegeri diluar Tiongkok. Di Indonesia, namanya cukup mencuat, karena ia telah memberikan banyak prasasti menandai hubungan baik antara Indonesia dan Tiongkok. Bersama ini adalah kisah perjalanan Laksamana Cheng Hoo dalam misi muhibanya ke lima benua
Cheng Hoo adalah seorang navigator agung Tiongkok pada era awal dinasti Ming, serta pelopor besar dalam sejarah pelayaran dunia. Karena dia menghabiskan? kali pelayaran mengarungi Lautan Barat dalam sejarah Tiongkok adalah lautan sebelah barat Brunai melintasi Samudera Hindia hingga pasisir pantai timur Benua Afrika. Dalam perjalanan muhibah ini, Laksamana Cheng Hoo memimpin 225 buah kapal besar kecil dengan membawa 27.550 personil kapal yang terbesar berukuran panjang 135 meter, merupakan kesatuan armada terbesar dan terperkasa yang tiada taranya dalam sejarah sebelumnya.
Kisah pelayaran heroik Laksamana Cheng Hoo dalam tujuh kali mengarungi Lautan Barat, senantiasa menjadi perhatian para ahli sejarah baik I Tiongkok ataupun negeri lain. Berbagai negara di seluruh dunia menerbitkan banyak karya tulis, tesis tentang Cheng Hoo di Asia Tenggara tidak hanya terdapat banyak situs jejak sejarah peninggalan Cheng Hoo, seperti Klenteng Sam Po Kong yang berada di Indonesia dan Thailand, (Gunung Sam Po) di Malaka dan lain-lain, juga berkembang bermacam-macam mitos-mitos mengenai Cheng Hoo.
Berbicara mengenai karya tulis terbaru mengenai Cheng Hoo dapat dikedepankan buku terbitan Bantam Book Amerika, berjudul (1421) — The Year China Discovered The World. Edisi Amerika buku ini dirilis pada bulan Januari 2003, dengan serentak .menjadi best seller di Amerika setelah (Davinci Code). Buku ini juga mendapatkan penghargaan yang sangat tinggi di Tiongkok. Perterjemahan dalam bahasa Indonesia berjudul (1421) Saat China Menemukan Dunia (505 halaman) diterbitkan oleh Pustaka Alvabet Jakarta pada 1 Juli 2006. Penulisannya, seorang cendekia ahli peneliti sejarah pelayaran bangsa Inggris bernama Gavin Menzies. Bermula pada sepuluh tahun yang lalu penulis dengan tidak sengaja menemukan sebuah peta kelautan kuno di perpustakaan James Ford Bell di Universitas Minnesota Amerika Serikat. Beranjak dari data utama pada sebuah peta kelautan kuno yang mengandung makna yang dapat merubah pandangan dari apa yang kita yakini selama ini sebagai fakta sejarah ini, penulis mulai melakukan penelitian panjangnya.
Dalam Peta Kelautan kuno ini adalah 1424, dibuat oleh seorang navigator Venesia Itali bernama Zuane Pizzigano, berupa sebuah gambara peta Benua Eropa dan sebagian dari benua Afrika. Peta kuno ini, pada abad 18 semula dimiliki oleh seorang bangsawan Inggris bernama Sir Thomas Philips sebagai koleksi pribadinya. Pernah hilang selama satu kurun waktu yang panjang dan baru muncul kemabali 50 tahun kemudian. Asal mula Peta ini, konon ada hubungannya dengan seorang pedagang kaya raya dari Venesia Itali bernama Nicole Da Conti, yang pernah belajar Bahasa Arab di Alexandria Mesir, kawin dengan seorang muslimat lalu memeluk Agama Islam, sehingga dia tidak menemui kesulitan untuk masuk keluar negara-negara Islam.
Tahun 1421 dia berada di kota Koli (Kalkuta) sebagai pusat kota perdagangan rempah-rempah terbesar, kapal-kapal Cheng Hoo disana. Karena nama besarnya sebagai pengusaha sukses, dia diperkenankan naik ke atas kapal untuk bertemu dengan Ma Huan. Seorang ahli sejarah istana ditugaskan untuk mencatat perjalanan muhibah Laksamana Cheng Hoo mengarungi Lautan Barat. Dari catatan hariannya, pada tahun 1433, diterbitkan buku yang diberi judul (Ying Hai Sheng Lan The Overall Survey Of The Ocean Shore).
Pembicaraannya dengan Ma Huan dia mendapatkan keterangan mengenai sesuatu tentang armada Ch eng Hoo, juga dia mendapatkan turunan gambar tangan sketsa Peta Kelautan yang digunakan Cheng Hoo dalam perjalanan muhibanya. Ada juga yang menduga bahwa Gambar Peta kuno itu, ditemukan dari bangkai kerangkah kapal Cheng Hoo yang terdampar di sesuatu pantai. Setelah dibawa ke Eropa, mungkin jatuh ke tangan Zuane Pizzigano lalu digambar ulang.
Menurut catatan, armada Cheng Hoo selalu dibagi menjadi 4 skuadron, tiap skuadron dibagi lagi menjadi beberapa kelompok-kelompok lebih kecil, untuk lebih efisien dalam penyebaran.
Dalam perjalanannya di tengah lautan, tak terhindar menemui hantaman ombak besar dan angin taufan sehingga tercerai berai. Ada yang karam ditelan ombak besar, ada yang terdampar mengikuti arah hempasan ombak samudra, sehingga berputar-putar di tengah lautan yang luas dan banyak korban. Sedangkan yang bertahan hidup bercerai-berai terdampar sampai Australia dan ujung selatan South Island dari New Zealand, ada juga yang terdorong sampai ujung selatan Argentina di Benua Shetland Selatan*! dalam lingkarAntartika.
Selain itu juga tidak sedikit yang terdampar berputar-putar di Samudra Hindia, berputar haluan ke arah Samudera Atlantik Utara sampai Laut karabia terus ke Utara sampai pantai-pantai di Benua Amerika Utara.
Semua kelompok-kelompok kecil kapal-kapal armada Cheng Hoo ini, telah dibekali pemahaman tentang cara menggunakan pengamatan posisi bintang-bintang tertentu di langit dalam menghitung garis lintang dan garis ujur untuk memetakan bumi serta cakrawala dengan cukup akurat. Pada waktu tedampar di belahan ujung selatan bumi, bintang-bintang petunjuk yang sangat berperan adalah Bintang Canopus dan Garis Lintang Selatan. Pada pelayaran yang ke 6, berangkat tahun 1421 kembali tahun 1422. Tetapi juga ada yang terlambat sampai tahun1423.
Pada tahun 1424 kaisar Yong Le (Zudi: baca Cu Ti) wafat, perjalanan pelayaran muhibah dihentikan. Pada tahun 1432 setelah kaisar Xuan De (Zu dan Ji) cucu Cu Di, naik takhta, untuk melaksanakan pesan mendiang kaisar kakeknya, lalu memerintahkan Cheng Hoo untuk melangsungkan pelayaran muhibah yang ke 7.
Setahun kemudian (1433) diperintahkan kembali dan ini merupakan perjalanan yang terakhir dan tersingkat dalam sejarah perjalanan muhibah Cheng Hoo ke Lautan Barat. Setelah itu, dinasti Ming memasuki era “Pemerintahan Wen Jing” yang menjalankan program penghematan untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat dan memperkuat cadangan keuangan negara, maka dilakukan penghematan-penghematan disegala bidang sekalian.
Pelayaran muhibah dengan armada skala besar, di kategorikan sebagai suatu pemborosan besar-besaran uang negara, lalu dihentikan sama sekali, dan segala catatan dan dokumen-dokumen peninggalan dari perjalanan muhibah yang tersimpan, semuanya segera dimusnahkan, pada hakekatnya, dokumen-dokumen termasuk peta-peta kelautannnya yang sangat bernilai tinggi itu amat berharga bagi generasi selanjutnya, digunakan sebagai bahan dan data untuk studi lebih mendalam dalam hal menelusuri jejak-jejak perjalanan marsekal Cheng Hoo dalam jalur-jalur pelayaran yang telah dilaluinya.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:Komunitas edisi 40 – April 2008, hlm. 

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel