Unsur visual komik

Yang termasuk unsur visual diantaranya, adalah:


1. Komposisi


Penggambaran adegan dalam komik perlu dilakukan secara seksama. Pengolahan
dan penataan obyek-obyek visual gambar seperti garis, bidang, warna dan
keseimbangan dan kesatuan, yang perlu diperhitungkan dengan baik akan
terciptanya suatu komposisi gambar yang baik. Pemahaman dan penerapan
komposisi yang dinamis akan menghasilkan suasana yang dramatis dan filmis.
Aspek ini merupakan kemampuan dasar yang perlu dikuasai oleh para komikus.


Panel –panel dalam komik yang berfungsi sebagai pemisah antara adegan yang
satu dengan yang lainnya merupakan salah satu bentuk komposisi dalam komik
Selain itu ada juga unsur rupa lain seperti garis, cerita, lambang bunyi dan
sebagainya.






8








Menurut Tatsu Maki (2001), terdapat beberapa ketentuan yang paling mendasar
dalam menyusun media-media tersebut dalam sebuah komik, yaitu:


• Panel-panel dalam sebuah halaman komik harus harus disusun sesuai dengan
pemikiran dan arah baca dari pembaca komik. Dalam hal ini, di Indonesia
berlaku sistem membaca dari arah kiri ke kanan, dan dari arah atas ke bawah.
Dengan pemikiran seperti ini, ilustrasi dan teks juga harus disusun sedemikian
rupa dalam setiap panel agar mengikuti arah baca tersebut.


• Garis pinggir atau outline dalam setiap panel haruslah sedikit lebih tebal dari
garis ilustrasi dan teks. Hal tersebut untuk membuat panel-panel komik
terlihat lebih rapih sehingga mempermudah pembaca dalam mengikuti kisah
yang ingin disampaikan.


• Jarak antara sisi atas dengan sisi bawah panel sebaiknya dibuat lebih lebar
dibandingkan sisi kiri dan kanan panel. Hal tersebut untuk menuntun arah
baca dari kiri dan kanan terlebih dahulu sebelum berlanjut dari atas ke
bawah.


2. Jarak pandang gambar


Pengambilan jarak pandang dalam komik sama dengan pengambilan sudut
pandang dalam kamera yaitu long shot, medium shot, close up.
Pengambilan jarak pandang tertentu memberikan kesan bagi para pembaca:


1. Long shot, menggambarkan kesan dan suasana jauh.


2. Full scene shot, kesan menyeluruh sehingga latar menjadi jelas. Jarak
pandang ini digunakan untuk memperjelas latar lokasi dalam cerita atau
adegan secara menyeluruh.



3. Medium shot, berpengaruh pada kejelasan bahasa tubuh dari masing-masing
tokoh (gesture)


4. Close-up , untuk pengambilan ekspresi secara detail dan mengeluarkan emosi
dari tokoh komik.






9








3. Sudut Pandang gambar


Sudut pandang gambar dalam komik secara garis besar diklasifikasikan menjadi:


1. Sudut pandang dari bawah ( low angle), biasanya memberikan kesan tinggi,
dan kecil bagi pembacanya. namun dapat juga memberi kesan menyeramkan


2. Sudut pandang dari tengah (normal), setinggi mata pengamat dalam
keadaan berdiri normal, berfungsi untuk menggambarkan objek yang berada
mendekati garis cakrawala.


3. Sudut pandang dari atas (high angle) , menggambarkan suatu adegan
sekaligus suasana di sekelilingnya.


4. Perlambangan


Penggambaran lambang-lambang dalam penggambaran komik berbentuk lambang
dalam sebuah adegan berfungsi sebagai pendukung agar suasana gambar menjadi
lebih hidup. Secara teknis prinsip penggambaran pada bagian ini merupakan
kemampuan komikus untuk menggunakan unsure rupa seperti garis, teks, atau
gambar yang menunjukkan suasana tertentu.


Penggambaran lambang bunyi (onomatope) atau disebut juga sound effect
bertujuan untuk menirukan bunyi yang eksprsif. Biasanya digunakan untuk
menirukan kesan bunyi benturan, pukulan, gerakan cepat dan sebagainya. Selain
dengan bentuk kata-kata, pengunaan lambang sering kali menggunakan gambar
(gambar simbol), sering disebut juga visual effect atau simbol visual.


5. Ilustrasi


Sebagai penyampai informasi utama, ilustrasi merupakan unsur dominan dalam
komik. Ilustrasi dapat dikatakan komunikatif apabila mampu menyampaikan
cerita secara utuh, menunjukkan urutan kejadian, membangkitkan emosi dan
menciptakan suatu suasana. Meskipun dalam komik unsur verbal dan visual tidak
dapat dipisahkan, tetapi ilustrasi menjadi kekuatan utama. Mengingat
pentingnya kedudukan ilustrasi dalam komik, sebelum narasi atau dialog
mengungkapkan cerita lebih jauh, ilustrasi harus lebih mampu bercerita melalui
gerak, ekspresi, latar, dan situasi. Pada awalnya, ilustrasi menjadi daya tarik




10








bagi orang untuk membaca komik, meskipun selanjutnya daya tarik lebih
ditentukan oleh kelancaran penyampaian cerita dan susunan cerita. Dalam hal
ini, Hartono (1996) membagi penikmatan komik menjadi tiga bagian:




















penikmatan visual estetis, terfokus pada tampilan segi rupa yang dipandang
sebagai suatu karya seni, misalnya menyangkut keserasian komposisi dan
kekuatan ekspresi.


Penikmatan visual naratif, mengarah pada keberadaan segi rupa sebagai
sarana komunikasi visual yang berkaitan dengan pengolahan bahasa rupa,
antara lain mencakup teknik-teknik penyampaian cerita lewat gambar.



Penikmatan cerita, tertuju pada jalinan cerita yang disampaikan



6. Watak dan konsistensi Penggambaran tokoh


Watak yang dimaksud dalam hal ini adalah penggambaran tokoh. Perbedaan
watak/ karakter setiap tokoh nampak pada sifat-sifat dan dalam perilakunya,
juga dapat kita lihat dari penampilan fisiknya dari masing-masing tokoh.


Perbedaan masing-masing tokoh ditunjukkan dengan perbedaan penggambaran
raut wajah, namun dapat dilihat dari bentuk fisik secara keseluruhan.


Konsistensi penggambaran tokoh sangat penting dalam sebuah komik, hal ini
tentu akan sangat berpengaruh paa rasa kesinambungan berbagai tampilan
gambar tokoh tetap nampak, meskipun pada halaman –halaman yang berbeda
dan pada posisi yang berbeda pula.


Upaya untuk tetap mempertahankan konsistensi penggambaran tokoh adalah
dengan penggambaran mimik wajah yang sesuai dengan penggambaran suasana
yang sedang dialami, misalnya senang, sedih, dan kesal.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel