Elemen-elemen Dokumenter
Ada lima elemen utama dalam dokumenter menurut John Corner (University of Liverpool),
yaitu:
1. Observasi
Dokumenter biasanya menceritakan urutan dari suatu penelitian. Kamera dibuat
seolah-olah ‘tak terlihat’ dan tidak diperdulikan oleh orang-orang yang tampil
didalamnya. Hal ini membuat pemirsa merasa bahwa mereka menjadi saksi mata
dalam suatu realita.
2. Wawancara
Dokumenter juga bergantung pada wawancara, dimana hal ini dapat menimbulkan
pertentangan dengan apa yang ditayangkan. Pewawancara dapat terlihat atau dibalik
kamera. Jawaban yang timbul melalaui wawancara tersebut dapat sekaligus
melengkapi gambar yang ditayangkan. Wawancara tersebut dapat diedit ataupun
dibiarkan begitu saja sesuai dengan aslinya.
3. Dramatisasi
Semua dokumenter menggunakan sedikit drama dalam setiap elemen-elemen
penelitian yang ditayangkan. Pemirsa merasa menjadi saksi mata dari suatu kejadian
dramatis. Konflik yang disebabkan drama tersebut dapat telihat alami di layar kaca.
4. Mise-en-scene
Berasal dari bahasa Perancis, dan dalam bahasa perfilman berarti ‘apa yang ingin
ditayangkan’. Hal ini berkaitan dengan detail seperti: properti, set, pencahayaan,
make-up, kostum, bahasa tubuh, serta tingkah laku. Semua faktor tersebut disusun
sedemikian rupa agar menjadi tayangan yang menarik.
5. Eksposisis
Argumen yang ingin ditonjolkan dalam suatu dokumenter adalah eksposisi, tentang
pesan yang dikandung dalam dokumenter itu sendiri. John Corner mengatakan
eksposisi tersebut dapat diungkapkan secara langsung dan terang-terangan, atau
sebaliknya. Namun hal ini harus selalu ada dalam sebuah dokumenter. Eksposisi dapat
bersifat serius atau bahkan humor.
yaitu:
1. Observasi
Dokumenter biasanya menceritakan urutan dari suatu penelitian. Kamera dibuat
seolah-olah ‘tak terlihat’ dan tidak diperdulikan oleh orang-orang yang tampil
didalamnya. Hal ini membuat pemirsa merasa bahwa mereka menjadi saksi mata
dalam suatu realita.
2. Wawancara
Dokumenter juga bergantung pada wawancara, dimana hal ini dapat menimbulkan
pertentangan dengan apa yang ditayangkan. Pewawancara dapat terlihat atau dibalik
kamera. Jawaban yang timbul melalaui wawancara tersebut dapat sekaligus
melengkapi gambar yang ditayangkan. Wawancara tersebut dapat diedit ataupun
dibiarkan begitu saja sesuai dengan aslinya.
3. Dramatisasi
Semua dokumenter menggunakan sedikit drama dalam setiap elemen-elemen
penelitian yang ditayangkan. Pemirsa merasa menjadi saksi mata dari suatu kejadian
dramatis. Konflik yang disebabkan drama tersebut dapat telihat alami di layar kaca.
4. Mise-en-scene
Berasal dari bahasa Perancis, dan dalam bahasa perfilman berarti ‘apa yang ingin
ditayangkan’. Hal ini berkaitan dengan detail seperti: properti, set, pencahayaan,
make-up, kostum, bahasa tubuh, serta tingkah laku. Semua faktor tersebut disusun
sedemikian rupa agar menjadi tayangan yang menarik.
5. Eksposisis
Argumen yang ingin ditonjolkan dalam suatu dokumenter adalah eksposisi, tentang
pesan yang dikandung dalam dokumenter itu sendiri. John Corner mengatakan
eksposisi tersebut dapat diungkapkan secara langsung dan terang-terangan, atau
sebaliknya. Namun hal ini harus selalu ada dalam sebuah dokumenter. Eksposisi dapat
bersifat serius atau bahkan humor.