Inpartu

Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan (wiknjorastro, 2005). Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :
1. Kala I : Waktu untuk pembukaan serviks sampai manjadi pembukaan lengkap 10 cm.
2. Kala II : Kala pengeluaran janin. Waktu uterus dengan kekuatan halus ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.
3. Kala III : Waktu untuk melepaskan dan pengeluaran Uri.
4. Kala IV : Mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini hanya membahas yang berhubungan dengan kala I persalinan.
1) Kala I Persalinan
Kala I persalinan merupakan stadium di latasi serviks, kala I berlangsung muai dari onset persalinan hingga di latasi serviks yang lengkap (Hellen Farrer, 1999). Secara klinis ditandai dengan keluarnya lender bercampur darah (Bloody show), karma serviks mulai membuka (di latasi) dan mendatar (Affacement).
Darah berasal dari pecahnya pembulu darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka.
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu :
a. Fase Laten : Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dam 7 sampai 8 jam.
b. Fase Aktif : Berlangsung 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase yaitu :
• Fase Akseksasi : Berlangsung 2 jam. Pembukaan menjadi 4 cm.
• Periode di latasi maksimal (steady) : Berlangsung 2 jam, pembukaan cepat menjadi 9 cm.
• Periode deselarasi : Berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
Kala pembukaan pada primapasa dan multipasa terdapat perbedaan fase. Pada primigravida serviks mendatar (effacement) dulu baru di latasi dan berlangsung 13-14 jam pada multigravida serviks mendatar dan membuka biasa bersamaan berlangsung 6 sampai 7 jam.
Adapun perubahan-perubahan yang fisiologis yang terjadi pada kala pembukaan adalah :
• Adanya kontraksi dari uterus pada otot-otot uterus.
Kontraksi uterus terjadi karena uterus terdiri dari otot-otot polos yang gerakannya dibawah pengawasan urat sraf terutama apabila ada rangsangan. Di waktu persalinan, rangsangan bukan hanya karena membesarnya atau meregangnya uterus saja tetapi juga karena pengaruh hormon piton yang dikeluarkan oleh hipofise posterior. Kontraksi otot-otot uterus yang berlangsung lama, akan banyak menekan pembuluh-pembuluh darah dalam dinding uterus yang akan mengganggu peredaran zat-zat asam yang sangat dibutuhkan untuk fetus. Tiap kontraksi dimulai dari bagian fundus uteri, kemudian dibawa menjadi lebih kuat dan terjadi lebih lama pada bagian fundus uteri sendiri. Kontraksi uterus bagian bawah lebih lembek karena bertujuan untuk membuka serviks agar terjadi pembukaan jalan keluar.
• Adanya Pembentukan segmen atas dan segmen bawah rahim
Pada akhir kehamilan uterus atau rahim menjadi 2 bagian yaitu segmen atas rahim dan segmen bawah. Segmen atas uterus ialah uterus dengan otot-otot yang lebih tebal dan sifatnya kontakrif karena terdapat banyak otot-otot serong dan memanjang. Segmen atas ini mulai daerah fundus uteri dari vawah sampai istimust uteri, yaitu batas korpus dan serviks uteri dalam keadaan tidak hamil.
Bagian bawah ialah dari istimust uteri sampai ke serviks, di sini otot-ototnya lebih tipis dan bersifat elastis. Pada waktu permulaan persalinan otot-otot memanjang di uterus segmen atas berkontraksi menarik otot-otot dari segmen bawah rahim, sehingga otot-otot berelastis, dalam keadaan demikian ditambah dengan adanya kekuatan desakan anak yang disebabkan kontraksi uterus segmen atas pula, maka uterus segmen bawah ini memungkinkan anak dapat melewatinya kemudian dikeluarkan melaluiu jalan lahir.
• Adanya Perkembangan Retaksi Ring
Retaksi ring atau Bandl’s Ring adalah batas pinggiran antara uterus segmen bawah yang otot-ototnya tebal dan uterus segmen bawah yang otot-ototnya tipis. Pinggiran atau batas ini akan terjadi pada tiap-tiap persalinan, tetapi tidak akan tampak dari luar bila persalinan berlangsung biasa. Apabila ronjolan retraksi ring tampak dari luar itu disebabkan karena anak tidak dapat turun ke dasar panggul, karena uterus segmen bawah harus meregang agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan anak dari uterus segmen bawah terus-menerus meregang. Bahawa yang timbul akibat uterus segmen bawah yang meregang terus-menerus adalah terjadinya uterus rupture.


• Adannya Penarikan Serviks
Dimulainya persalinan maka jaringan-jaringan otot yang mengelilingi segmen atas, karenanya serviks menjadi pendek dan menjadi bagian dari uterus segmen bawah. Apabila telah terjadi penarikan serviks ke atas oleh uterus segmen atas, berarti proses persalinan sedang berlangsung dan berusaha membuka jalan serta mengeluarkan anak dari dalam uterus.
• Adanya Pembukaan Ortium Uteri Internum dan Externum
Pembukaan pada kala ini disebabkan oleh membesarnya ostium uteri externum karena otot-otot yang melingkar di sekitar ostium meregang yang memungkinkan saluran menjadi lebih besar dan cukup dilalui oleh kepala janin. Mekanisme pembukaan ostium diperkirakan karena tarikan ke atas otot-otot uterus segmen atas yang menarik tepi bagian yang lunak, yaitu ostium menjadi lebih besar dan juga disebabkan oleh tekanan isi uterus kepala ostium, terutama oleh kappa anak dan kantong ketuban.
• Adanya Show au Pengeluaran dari vulva
Show adalah pengeluaran dari vulva yang menjadi tanda bahwa persalinan telah mulai. Pengeluaran dari vulva ini merupakan lender yang bercampur darah, biasanya dikeluarkan beberapa jam setelah persalinan dimulai. Lendir yang dikeuarkan itu berasal dari serviks, yaitu lender yang dibentuk dalam masa hamil untuik mengisi serviks karena adanya tarikan serviks ke atas maka lender tersebut dikeluarkan sedangkan darah berasal dari deciduas vera karena pelepasan selaput khorium, dan disebabkoan oleh pemecahan pembuluh-pembuluh darah dan adanya tarikan serviks ke atas karena pembukaan.
• Adanya Tonjolan Kantong Ketuban
Apabila uterus segmen bawah meregang maka selaput khorium yang menempel di daerah itu akan terlepas dan karena bertambahnya tekanan dalam uterus maka khorium yang terlepas dari ini akan membentuk kantong yang berisi cairan dan menonjol ke ostium uteri internum yang telah terbuka. Kantong ketuban tersebut akan masuk ke dalam ostium uteri yang telah terbuka walaupun pembukaan masih kecil.
2) Nyeri Persalinan
a. Pengertian Nyeri Persalinan
Nyeri adalah pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun potensial (Brunner & Suddart, 2001).
Nyeri persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang disebabkan oleh dilatasi dan penipisan serviks serta iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen local mengalami deficit) akibat kontraksi arteri mometrium (Bobaus, 2004).
b. Patofisiologi Nyeri Persalinan
Dalam nyeri persalinan, sistem saraf otonom dan terutama komponen sismpatis yang berperan dalam sensori. Sistem saraf otonom mengontrol aktivitas otot polos dan visera misalnya uterus dan dapat dikenal sebagai sistem saraf involunter karena organ ini berfungsi tanpa kontrol kesadaran. Terdapat dua komponen yang berbeda, yaitu sistem simpatis dan parasimpatis. Sistem ini bekerja secara sinergis ketika mensyarati organ yang sama. Tetapi juga bekerja sendiri-sendiri, misalnya saraf simpatis menyuplai uterus dan membentuk bagian yang sangat penting dan neuroanatomi nyeri persalinan.
Sistem saraf otonom menunjukkan bahwa baik komponen simpatis dan parasimpatis menyuplai sebagian besar organ abdomen dan pelris, termasuk uterus. Secara anatomi, oto polos uterus disuplai sebagian besar oleh serat-c yang tidak bermielin dan sebagian oleh serat A-delta kecil yang bermielin.
Serat nosiseptis dalam uterus dan serviks melewati pleksus uterine dan servikalis dan kemudian (secara berurutan) melewati pleksus pelvikus, nervus hipogastriseus medius, nervus hipogastriseus superior dan kemudian menuju rantai simoatis lumbalis. Dari sini, serat nosiseptif melewati rantai torasikurt bagian bawah dan meninggalkannya dengan berjalan melalui rami komunikates albus yang berkaitan dengan nervus spenalis T10, T11, T12 dan L1. Akhirnya serat nonseptif berjalan melalui saraf-saraf spinalis dan berkaitan dengan neuron kornudorsalis.
Serat nosiseptif dari pesinemum melalui nervus pudendus dan masuk ke dalam modulla spinalis melalui raidus posterior S2, S3, S4. Selain itu, segmen lumbalis bagian bawah dan sakralis bagian atas menyuplai saraf menuju struktur relvis yang terlibat dalam nyeri persalinan.
Selama kala I persalinan, intensitas nyeri selama kala ini disebabkan oleh kekuatan kontraksi dan tekanan yang diakibatkan. Tekanan yang dimaksud adalah tekanan cairan amnion lebih dari 15 mmhg. Di atas tonus yang dibutuhkan untuk meregangkan segmen bawah uterus dan serviks sehingga timbul nyeri. Dengan demikian, makin tinggi tekanan cairan amnion, makin besar distensi sehingga menyebabkan nyeri yang lebih kuat (Caldeyro-Barcia dan Paseiro, 1960).
Nyeri dirasakan sebagain nyeri tumpul yang lama pada awal kala I dan terbatas pada dermaton torasikuf ke 11 (T11) dan ke 12 (T12). Kemudian pada kala I persalinan nyeri pada dermaton T11 dan T12 modi lebih berat, tajam dan kram serta menyebar ke dermaton T10 dan L1. Penurunan kepala janin memasuki relvis pada akhir kala I menyebabkan distensi pervis dan tekanan pada radius pleksus lumborakralis yang menyebabkan nyeri alih pada perjalanan segmen L2 ke bawah. Akibatnya nyeri dirasakan pada region L2, bagian bawah punggung dan juga pada paha dan tungkai.
B. Tinjauan Tentang Intervensi Pengendalian Nyeri Non Farmakologis
Terdapat beberapa intervensi non-farmakologis yang dapat digunakan sebagai pereda nyeri dalam persalinan antara lain :
1. Hidroterapi Get
Hidroterapi Get (mandi Whire Pool) ialah metode non-farmakologis yang dipakai untuk memberikan rasa nyaman dan rasa rileks selama persalinan walaupun metode ini tidak diterima atau diterapkan secara universal. Beberapa manfaat dapat diperoleh dari teknik ini. Bebas dari rasa tidak nyaman dan relaksasi tubuh, secara umum membuat kecemasan ibu berkurang. Berkurangnya rasa cemas akan menurunkan produksi adrenalin sehingga kadar oksitosin(untuk merangsang persalinan) dan endorphin meningkat (untuk mengurangi persepsi nyeri). Selin itu, gelombang dan pukulan ringan air merangsang putting susu (karena hiperstimulasi kontraksi rahim belum terjadi (Aderhold, perry, 1911) ).
2. Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami. Cara distraksi dapat mengurangi nyeri dapat dijelaskan dengan teori “(Gate Control)”. Pada spina cord, sel-sel reseptor yang menerima stimuli nyeri peripheral dihambat oleh stimuli dari serabut-serabut saraf yang lain. Karena pesan-pesan nyeri menjadi lebih lambat daripada pesan-pesan diversional maka pintu spinal cord yang mengontrol jumlah input ke otak menutup dan pasien merasa nyerinya berkurang (Cummings, 1981). Beberapa teknik distraksi antara lain bernafas secara pelan-pelan, masage sambil bernafas pelan-pelan, atau membayangkan hal-hal yang indah sambil memejamkan mata.
3. Masase
Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, merahasiakan relaksasi, dan atau memperbaiki sirkulasi. Masase adalah terapi nyeri paling primitive (lele, dkk,199o:1777) dan menggunakan refleks lembut untuk menahan, dan menggosok atau meremas bagian tubuh yang nyeri.
Simkin (1989) mengamati bahwa efek yang menguntungkan hanya berlangsung selama masase diteruskan ketika dihentikan nyeri bertambah. Kerugian ini diakibatkan oleh proses adaptasi, yaitu sistem saraf menjadi terbiasa dengan rangsangan dan organ perasa berhenti berespon. Dengan demikian, Simkin menganjurkan masase selama persalinan harus dilakukan secara intermitten, seperti penghusukkan punggung yang khususnya hanya dilakukan selama kontraksi, atau bervariasi dalam jenis sentuhan dan lokasi.
4. Stimulasi Saraf Elektronik Per Trankutan
Stimulasi saraf elektronik per transkutansi (Tranicutaneous electrical nerve stimulation (TENS)) efektif akibat adanya efek plasebu. Implementasi TENS dapat menstimulasi izekposan apiate endogen (enkephalin) pada tubuh wanita sehingga rasa tidak nyaman yang dirasakan wanita tersebut mereda (Scott, dkk, 1990).
Penggunaan TENS tidak beresiko, baik bagi ibu maupun bagi janin. TENS digunakan untuk menurunkan atau menghilangkan penggunaan analgesin dan menaikkan perseposi wanita tentang kemampuan mengontrol rasa nyeri.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel