Hutan Dataran Rendah dan burung

Tipe atau formasi hutan dataran rendah merupakan formasi peralihan antara

hutan pantai/rawa campuran dan formasi hutan pegunungan atau hutan dataran tinggi.

Ciri utama dari hutan hujan tropis dataran rendah adalah tingkat keanekaragaman flora

dan fauna yang sangat tinggi (Anonim, 2008).






iv











Kawasan hutan dataran rendah juga memiliki tingkat keanekaragaman dan

keendermisan fauna yang tinggi. Berbagai jenis satwa liar memiliki relung ekologis di

kawasan ini. Hutan dataran rendah merupakan sasaran utama pemanfaatan untuk

berbagai kepentingan termasuk kegiatan HPH, perladangan penduduk, perburuan liar

dan penebangan liar. Hal ini dimungkinkan karena hutan dataran rendah memiliki

aksesibilitas yang mudah untuk berbagai aktivitas masyarakat, sehingga kawasan ini

memiliki tingkat pengrusakan habitat yang tinggi (Anonim, 2008).


2.5 Interaksi Burung Terhadap Habitat

Keragaman jenis burung sangat berhubungan erat dengan keragaman vegetasi

tumbuhan. Tingginya kekayaan jenis burung disuatu daerah sangat ditopang oleh

keberadaan vegetasi dan habitat aslinya. Habitat adalah rumah/tempat tinggal suatu jenis

makhluk hidup dalam sebuah kompleks kehidupan (ekosistem). Semua mahluk hidup

mempunyai tempat hidup, sehingga habitat suatu jenis mahluk hidup bisa juga disebut

alamat mahluk hidup itu sendiri (Resosodarmo dkk., 1986; Irwan, 1992).

Variasi habitat pada suatu lokasi akan mempengaruhi keragaman jenis

burungnya karena burung memiliki kecenderungan untuk menempati suatu habitat yang

khas (Suryadi, 2006). Dalam suatu ekosistem bisa terdapat satu atau lebih tipe habitat

burung yang berbeda. Semakin beragam tipe habitat dalam ekosistem, maka akan

semakin beragam jenis burung yang dapat dijumpai, karena setiap spesies burung

mempunyai keunikan habitat yang berbeda.







iv











Habitat yang baik bagi suatu jenis burung adalah lokasi yang dapat melakukan

aktifitas hidup seperti lokasi perkembang biakan, berlindung dari musuh dan iklim yang

jelek, serta areal untuk mencari makan. Selain itu, keragaman jenis tumbuhan juga

merupakan dasar bagi burung dalam memilih habitatnya.

Menurut Suryadi (2006), pemilihan habitat berkaitan dengan ketersediaan

makanan, iklim, pesaing atau pemangsa. Sehingga, rusak atau hilangnya sebuah habitat

akan mengakibatkan berkurang atau hilangnya jenis-jenis burung di suatu lokasi.

Habitat burung ada yang tetap dan ada yang berubah mengikuti pola penyebaran

atau migrasi di habitat aslinya dan menjadikan habitat baru sebagai tempat tinggalnya.

Habitat burung dapat berupa stratum pohon, lantai hutan, daerah bukaan (rumpang), dan

daerah terbuka seperti savana dan padang rumput. Menurut Marle dan Voous (1988),

disamping berdasarkan ketinggian tempat, pemilihan habitat juga dipengaruhi oleh

ketinggian dalam stratifikasi hutan dan jenis tumbuhan yang ada.

hutan terdiri dari beberapa stratum antara lain:

1. Stratum A, merupakan lapisan teratas terdiri dari pohon-pohon yang tingginya

sekitar 80 meter ke atas, misalnya Shorea sp. Di antaranya terdapat juga pohon

yang rendah, tetapi umumnya tinggi pepohonan mencapai rata-rata 40-50 meter

dan bertajuk tidak beraturan (diskontinu) sehingga tidak saling bersentuhan

membentuk lapisan yang bersinambungan. Pepohonan tersebut umumnya

mempunyai 3 atau 4 lapisan tajuk, batang yang tumbuh lurus, tinggi, serta









iv











batang bebas cabangnya cukup tinggi. Pada hutan stratum A ini banyak

dijumpai liana-liana berbatang tebal, berkayu, bersifat herba dan epifit.

2. Stratum B, terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 18-30 meter

dengan tajuk yang beraturan (kontinu). Batang pohon umumnya bercabang dan

batang bebas cabangnya yang tidak begitu tinggi. Jenis pohon pada stratum ini

kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan (toleran).

3. Stratum C, terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 4-18 meter dan

bertajuk kontinu. Pohon-pohon dalam stratum ini rendah, kecil dan banyak

bercabang banyak. Lapisannya bersinambungan dan agak rapat.

4. Stratum D, terdiri dari lapisan perdu dan semak yang mempunyai tinggi 1-4

meter. Termasuk di dalamnya adalah pohon-pohon muda, palma-palma kecil,

herba besar dan paku-pakuan besar.

5. Stratum E, terdiri dari lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah atau lapisan

lapangan yang mempunyai tinggi 0-1 meter.

Menurut Suryadi (2006), pemilihan habitat berdasarkan strata ini merupakan

bentuk adaptasi atau penyesuaian sebagai salah satu akibat dari adanya kompetisi.

Proses adaptasi ini berlangsung lama dan bahkan bisa memakan waktu puluhan tahun.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel