Klasifikasi dan morfologi Orangutan
Menurut Elliot (1912) dan Lacepede (1799) dalam Anonim 2007b, klasifikasi
Orangutan adalah sebagai berikut :
Kerajaan
Fillum
Kelas
Ordo
Familia
Subsuku
Genus
Jenis
: Animalia
: Chordata
: Mamalia
: Primata
: Hominidae
: Pongidae
: Pongo
: Pongo abelli (Lesson, 1827)
Orangutan pada saat ini hanya ada di Sumatera, Kalimantan, Sabah dan Serawak.
Namun, terdapat perbedaan morfologi dari Orangutan Sumatera dan Kalimatan. Struktur
rambut merupakan salah satu perbedaan morfologis Orangutan. Apabila dilihat dari
mikroskop, jenis dari Kalimatan berambut pipih dengan kolom pigmen hitam yang tebal
di tengah. Jenis dari Sumatera berambut lebih tipis, membulat, mempunyai kolom
pigmen gelap yang halus dan sering patah di bagian tengahnya, biasanya jelas di dekat
20
ujungnya dan kadang berujung hitam di bagian luarnya (MacKinnon, 1973 dalam
Meijaard dkk., 2001).
Menurut van Schaik (2006) Orangutan betina pada waktu lahir mempunyai berat
badan kira-kira 2 kg; pada saat disapih dan berumur kira-kira 7 tahun berat badannya 15
kg, dan pada usia 15 tahun saat mereka melahirkan untuk pertama kalinya beratnya biasa
mencapai 30 kg atau lebih. Setelah itu pertumbuhan badannya menjadi lambat sekali
dan kebanyakan betina dewasa mempunyai berat badan antara 35-40 kg. Orangutan
sumatera jantan memiliki tinggi 120–150 cm, berat 50–90 kg di alam dan 120 kg jika
hidup di karantina. Sedangkan betina memiliki tinggi 100–120 cm dan berat 30–60 kg.
Panjang lengan 60-90 cm atau 2/3 dari tinggi badan (Anonim, 2007c).
Warna tubuh Orangutan sumatera kemerah-merahan hingga coklat kehitam-
hitaman, janggut berwarna merah hingga jingga. Orangutan memiliki telinga yang kecil,
daerah di sekitar mata tidak berbulu, memiliki tubuh yang tinggi dan rambut kusut.
Bentuk tangan dan kaki kecil memanjang sesuai untuk memegang cabang-cabang
pohon. Ibu jari tangan yang pendek sangat mendukung fungsinya untuk membuka buah.
Daging di sekitar pipi Orangutan jantan dewasa (Cheek pad) akan berkembang mulai
dari umur 8 atau 15 tahun hingga umur 20 tahun (Anonim, 2007b).
2.1.2. Penyebaran Populasi Orangutan
Populasi adalah kumpulan jasad hidup dari spesies yang sama dan pada
umumnya mendiami suatu tempat tertentu. Menurut Alikodra (1979) dalam Hidayat
(2001) populasi mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:
21
1. Adanya struktur dan komposisi tertentu yang konstan tetapi berfluktuasi menurut
umur.
2. Populasi bersifat ontogenik artinya dapat mengalami proses pertumbuhan,
diferensiasi dan pembagian kerja, pemeliharaan menjadi tua, dan mati.
3. Populasi mempunyai sifat turun-temurun.
4. Populasi merupakan kesatuan antara faktor-faktor keturunan dan faktor
lingkungan.
Kepadatan spesies, penyebaran dan segala bentuk pergerakannya, kualitas dan
kuantitas lingkungan, interaksi antara spesies yang sama maupun dengan spesies yang
berbeda dapat mempengaruhi dinamika populasi suatu satwa. (Alikodra, 1983 dalam
Hidayat, 2001)
Menurut van Schaik (2006), saat ini satu-satunya Orangutan yang masih ada di
Asia hanya dapat ditemukan di pedalaman hutan-hutan di Kalimantan dan Sumatera.
Ada satu spesies dengan dua subspesies, yaitu Pongo abelli di Sumatera dan Pongo
pigmaeus di Kalimantan. Salah satu populasi Orangutan di Sumatera terdapat di Daerah
Aliran Sungai (DAS) Batang Toru, Sumatera Utara (Anonim, 2007c).
Menurut Grovers (1971) dalam Meijaard dkk (2001), Orangutan kadang
ditemukan di lereng gunung pada ketinggian lebih dari 1500 m, terutama jantan dewasa.
Berdasarkan dari data survey Orangutan dari berbagai lokasi di Sumatera dan
Kalimantan, Orangutan lebih umum terdapat di dekat sungai-sungai kecil atau besar dan
di dekat rawa-rawa. Kepadatan tertinggi terdapat di hutan, lembah sungai dan hutan
gambut di dekat rawa-rawa atau di antara sungai-sungai (Meijaard dkk., 2001).
22
Ian Singleton dalam Ibrahim (2007) menyebutkan saat ini populasi Orangutan
Sumatera (Pongo abelli) hanya tersisa sekitar 7000 ekor, 85% diantaranya berada di
Bukit Lawang. Sementara itu, sisanya tersebar di sebelah utara Sumatera. Jumlah
tersebut diperkirakan akan terus menurun karena masih berlangsungnya perburuan dan
penebangan kayu liar (illegal logging).
Orangutan adalah sebagai berikut :
Kerajaan
Fillum
Kelas
Ordo
Familia
Subsuku
Genus
Jenis
: Animalia
: Chordata
: Mamalia
: Primata
: Hominidae
: Pongidae
: Pongo
: Pongo abelli (Lesson, 1827)
Orangutan pada saat ini hanya ada di Sumatera, Kalimantan, Sabah dan Serawak.
Namun, terdapat perbedaan morfologi dari Orangutan Sumatera dan Kalimatan. Struktur
rambut merupakan salah satu perbedaan morfologis Orangutan. Apabila dilihat dari
mikroskop, jenis dari Kalimatan berambut pipih dengan kolom pigmen hitam yang tebal
di tengah. Jenis dari Sumatera berambut lebih tipis, membulat, mempunyai kolom
pigmen gelap yang halus dan sering patah di bagian tengahnya, biasanya jelas di dekat
20
ujungnya dan kadang berujung hitam di bagian luarnya (MacKinnon, 1973 dalam
Meijaard dkk., 2001).
Menurut van Schaik (2006) Orangutan betina pada waktu lahir mempunyai berat
badan kira-kira 2 kg; pada saat disapih dan berumur kira-kira 7 tahun berat badannya 15
kg, dan pada usia 15 tahun saat mereka melahirkan untuk pertama kalinya beratnya biasa
mencapai 30 kg atau lebih. Setelah itu pertumbuhan badannya menjadi lambat sekali
dan kebanyakan betina dewasa mempunyai berat badan antara 35-40 kg. Orangutan
sumatera jantan memiliki tinggi 120–150 cm, berat 50–90 kg di alam dan 120 kg jika
hidup di karantina. Sedangkan betina memiliki tinggi 100–120 cm dan berat 30–60 kg.
Panjang lengan 60-90 cm atau 2/3 dari tinggi badan (Anonim, 2007c).
Warna tubuh Orangutan sumatera kemerah-merahan hingga coklat kehitam-
hitaman, janggut berwarna merah hingga jingga. Orangutan memiliki telinga yang kecil,
daerah di sekitar mata tidak berbulu, memiliki tubuh yang tinggi dan rambut kusut.
Bentuk tangan dan kaki kecil memanjang sesuai untuk memegang cabang-cabang
pohon. Ibu jari tangan yang pendek sangat mendukung fungsinya untuk membuka buah.
Daging di sekitar pipi Orangutan jantan dewasa (Cheek pad) akan berkembang mulai
dari umur 8 atau 15 tahun hingga umur 20 tahun (Anonim, 2007b).
2.1.2. Penyebaran Populasi Orangutan
Populasi adalah kumpulan jasad hidup dari spesies yang sama dan pada
umumnya mendiami suatu tempat tertentu. Menurut Alikodra (1979) dalam Hidayat
(2001) populasi mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:
21
1. Adanya struktur dan komposisi tertentu yang konstan tetapi berfluktuasi menurut
umur.
2. Populasi bersifat ontogenik artinya dapat mengalami proses pertumbuhan,
diferensiasi dan pembagian kerja, pemeliharaan menjadi tua, dan mati.
3. Populasi mempunyai sifat turun-temurun.
4. Populasi merupakan kesatuan antara faktor-faktor keturunan dan faktor
lingkungan.
Kepadatan spesies, penyebaran dan segala bentuk pergerakannya, kualitas dan
kuantitas lingkungan, interaksi antara spesies yang sama maupun dengan spesies yang
berbeda dapat mempengaruhi dinamika populasi suatu satwa. (Alikodra, 1983 dalam
Hidayat, 2001)
Menurut van Schaik (2006), saat ini satu-satunya Orangutan yang masih ada di
Asia hanya dapat ditemukan di pedalaman hutan-hutan di Kalimantan dan Sumatera.
Ada satu spesies dengan dua subspesies, yaitu Pongo abelli di Sumatera dan Pongo
pigmaeus di Kalimantan. Salah satu populasi Orangutan di Sumatera terdapat di Daerah
Aliran Sungai (DAS) Batang Toru, Sumatera Utara (Anonim, 2007c).
Menurut Grovers (1971) dalam Meijaard dkk (2001), Orangutan kadang
ditemukan di lereng gunung pada ketinggian lebih dari 1500 m, terutama jantan dewasa.
Berdasarkan dari data survey Orangutan dari berbagai lokasi di Sumatera dan
Kalimantan, Orangutan lebih umum terdapat di dekat sungai-sungai kecil atau besar dan
di dekat rawa-rawa. Kepadatan tertinggi terdapat di hutan, lembah sungai dan hutan
gambut di dekat rawa-rawa atau di antara sungai-sungai (Meijaard dkk., 2001).
22
Ian Singleton dalam Ibrahim (2007) menyebutkan saat ini populasi Orangutan
Sumatera (Pongo abelli) hanya tersisa sekitar 7000 ekor, 85% diantaranya berada di
Bukit Lawang. Sementara itu, sisanya tersebar di sebelah utara Sumatera. Jumlah
tersebut diperkirakan akan terus menurun karena masih berlangsungnya perburuan dan
penebangan kayu liar (illegal logging).