Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf
Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf atau yang sering disapa Habib Syech atau Bib Syech, lahir di Solo pada 20 September 1961. Beliau merupakan salah satu putra dari 16 bersaudara putra-putri Alm. Habib Abdul Qodir bin Abdurrahman Assegaf – tokoh alim dan imam Masjid Jami’ Assegaf pasar Kliwon Solo.
Pendidikan
Pendidikan agama dan akhlak mulianya ia dapatkan dari guru sekaligus ayahanda tercinta. Beliau juga dididik oleh pamannya, Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf yang berasal dari Hadhramaut – Yaman. Habib Syech juga mendapat pendidikan dan perhatian penuh dari Alm. Al-Imam, Al-Arifbillah, Al-Habib Muhammad Anis bin Alwiy Al-Habsyi – Imam Masjid Riyadh dan pemegang magom Al-Habsyi.
Berkat bimbingan Alm. Habib Anis, Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf mengajak masyarakat untuk senantiasa melakukan shalawat kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Alihi Wa Sallam yang ia awali dari kota kelahirannya, Solo. Majelis shalawatnya kini telah mempunyai ribuan pengikut yang diberi nama Ahbaabul Musthofa.
Ahbaabul Musthofa
Ahbaabul Musthofa adalah suatu majelis yang mengajak kita untuk senantiasa meneladani dan mencintai Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Alihi Wa Sallam. Majelis ini berdiri pada tahun 1998 di Kampung Mertodranan Kota Solo. Berawal dari Majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta Maulid Simthut Duror Habib Syech memulai langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam memperkuat rasa cinta kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Alihi Wa Sallam.
Ahbaabul Musthofa adalah suatu majelis yang mengajak kita untuk senantiasa meneladani dan mencintai Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Alihi Wa Sallam. Majelis ini berdiri pada tahun 1998 di Kampung Mertodranan Kota Solo. Berawal dari Majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta Maulid Simthut Duror Habib Syech memulai langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam memperkuat rasa cinta kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Alihi Wa Sallam.
Dengan suara yang merdu ciri khasnya, Habib yang satu ini berhasil memikat berbagai kalangan baik muda maupun tua. Mereka menyukai qashidah dengan syair-syair yang seluruhnya bersumber dari kitab Simthud Durar tersebut.
Syair-syair qashidah yang dibawakan oleh beliau bukanlah syair puji-pujian yang baru, namun Habib Syech berhasil membentuk dan mengemas irama pembacaan Maulid Tradisional menjadi lebih indah dan menggoda telinga yang mendengarnya.
Perjuangan Dakwah
Habib Syech dikenal suka memberi, walaupun beliau sendiri masih dalam kekurangan. Ketika mengawali dakwahnya ke pelosok-pelosok tidak jarang ia membawa nasi bungkus atau sejumlah rupiah untuk ia bagikan kepada jama’ah.
Habib Syech sempat menjadi saudagar sukses namun tidak lama kemudaian beliau bangkrut. Ketika itu Habib Syech sering dihina sebagai pengangguran dan Habib jadi-jadian. Namun, hati lemah lembut dan penuh kesabaran yang ia miliki tidak pernah luntur begitu saja. Beliau tidak pernah marah apalagi dendam kepada orang yang menghina dirinya. Beliau tetap membalasnya dengan senyuman ramah dan menyempatkan untuk memberi sesuatu kepada orang yang menghinanya.