Aksesibilitas
Aksesibilitas menurut Black (1981) dalam Miro (2005):
1. Ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi.
2. Merupakan suatu konsep yang menggabungkan (mengkombinasikan): sistem tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya, di mana perubahan tata guna lahan, yang menimbulkan zona-zona dan jarak geografis di suatu wilayah atau kota, akan mudah dihubungkan oleh penyediaan prasarana atau sarana angkutan.
3. Mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi yang lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak di atasnya. Dengan perkataan lain: suatu ukuran kemudahan dan kenyamanan mengenai cara lokasi petak (tata) guna lahan yang saling berpencar, dapat berinteraksi (berhubungan) satu sama lain. Dan mudah atau sulitnya lokasi-lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasinya, merupakan hal yang sangat subjektif, kualitatif, dan relatif sifatnya (Tamin, O.Z., 1997). Artinya, yang mudah bagi seseorang belum tentu mudah bagi orang lain.
2.2 Survey Lalu Lintas
Komposisi lalu lintas kendaraan dibedakan atas empat jenis kendaraan antara lain (MKJI, 1996) :
1. Kendaraan ringan (light vehicles, LV)
Jenis kendaraan: mobil penumpang, oplet, bus mikro, pick-up, station wagon, colt, jeep, dan truk mikro.
2. Kendaraan berat (heavy vehicles, HV)
Jenis kendaraan: bus, truk dua gardar, dan truk tiga gardar.
3. Sepeda motor (motor vehicles, MC)
4. Kendaraan tak bermotor (unmotorized, UM)
Jenis kendaraan: sepeda, dokar, becak dan kereta dorong.
Survey lalu lintas dilakukan untuk mengumpulkan data/informasi mengenai karakteristik sistem lalu lintas jalan. Survey lalu lintas merupakan bagian dari studi lalu lintas, yang dilakukan untuk:
1. Memberikan dasar untuk perencanaan dan desain prasarana lalu lintas.
2. Membantu dalam pengoperasian lalu lintas dengan mengidentifikasikan kebutuhan fasilitas lalu lintas.
3. Menentukan karakteristik dasar lalu lintas, pergerakan, dan angkutan.
Survey-survey untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik lalu lintas dikelompokkan ke dalam:
1. Survey inventarisasi, survey untuk mengetahui adanya sarana dan prasarana yang ada di lokasi penelitian, meliputi: perlengkapan lalu lintas dan fasilitas angkutan umum.
2. Survey unjuk kerja, seperti volume lalu lintas, kecepatan, kelambatan, aksesibilitas parkir.
Pengumpulan data mengenai karakteristik jalan beserta kelengkapannya dalam inventarisasi prasarana dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengambilan data ke instansi terkait yang merupakan data sekunder seperti: data geometrik ruas jalan dan persimpangan, data marka, rambu dan lampu lalu lintas, dan data sistem jaringan jalan.
2. Pengamatan, dapat berupa pengamatan kuantitatif yang menggambarkan sketsa peta jalan, simpang, dan sekitarnya dengan menggunakan skala tertentu dan pengamatan kualitatif yang dengan menggunakan skala yang sesuai dengan tingkat keseriusannya. Hasil pengamatan selanjutnya dicatat dalam formulir yang telah ditetapkan.
3. Pengukuran
2.3 Model Transportasi
Dalam melakukan analisis transportasi digunakan beberapa model perhitungan tergantung pada ketersediaan data yang akan digunakan dalam perangkat lunak (software). Model transportasi ini akan memberikan suatu gambaran lalu lintas pada suatu daerah yang diamati. Langkah awal adalah dengan melakukan pendekatan makro dimulai dengan penaksiran intensitas tata guna lahan. Dari data tersebut selanjutnya diestimasi bangkitan perjalanan, distribusi perjalanan, pemilihan moda dan pembebanan lalu lintas.
Pembebanan perjalanan sebuah lokasi yang diamati ditambahkan dengan lalu lintas dasar (base-traffic) digunakan untuk menganalisa beban yang nyata pada daerah pengaruh dengan munculnya lokasi tersebut. Empat tahap dalam pemodelan transportasi adalah (Tamin, 1997) :
1. Perkiraan Bangkitan Perjalanan (Trip Attraction)
Tahap awal dari empat tahapan proses pemodelan (modelling) ini adalah bangkitan perjalanan (trip generation) yang di dalam hal ini sesuai dengan kategori tata guna lahan yang akan dianalisis meggunakan konsep tarikan perjalanan (trip attraction).
Dengan mengambil asumsi adanya keterkaitan antara intensitas tata guna lahan dengan jumlah perjalanan keluar masuk lokasi, maka dapat ditentukan hubungan matematis yang menggambarkan tingkat tarikan perjalanan ke lokasi tersebut.
Tahap ini juga merupakan tahap perhitungan jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh suatu zona atau kawasan. Tugas dari tahapan bangkitan perjalanan ini adalah untuk mencari jumlah pergerakan atau perjalanan pelaku transportasi (kendaraan, orang, dan barang), juga mencari tahu faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergerakan atau perjalanan.
2. Distribusi Perjalanan (Trip Distribution)
Trip Distribution pada intinya adalah tahapan untuk mendapatkan matriks asal tujuan (O-D Matrix, Origin-Destination Matrix) yang akan digunakan dalam proses selanjutnya.
Dasar distribusi yang digunakan adalah dengan proses skim, yaitu berupa penentuan minimum pada jarak tempuh perjalanan proporsional terhadap intensitas tata guna lahan daerah pengaruh kegiatan perdagangan. Tahapan ini bertujuan menghitung jumlah arus perjalanan kendaraan, orang, dan barang yang tersebar pada zona-zona menggunakan model transportasi.
3. Pemilihan Moda (Moda Split)
Tahapan ini mengkaji berdasarkan jenis moda yang digunakan. Dari data hasil survey dapat diketahui besarnya prosentase untuk setiap moda yang digunakan.
4. Pembebanan Perjalanan/Lalu Lintas (Trip/Traffic Assignment)
Tahapan terakhir adalah Trip/Traffic Assignment. Tahapan ini akan menghasilkan indikator kinerja lalu lintas yang meliputi derajat kejenuhan, tundaan dan panjang antrian serta volume lalu lintas yang dianalisa.
2.4 Pembebanan Lalu Lintas (Traffic Assigment)
Pembebanan lalu lintas (traffic assigment) merupakan proses untuk menentukan kondisi jalan secara nyata dan kondisi volume lalu lintas yang diharapkan. Peramalan dilakukan dari rata-rata harian atau volume lalu lintas jam tersibuk yang akan terjadi pada sistem jaringan jalan. Data yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pembebanan lalu lintas adalah (Garber dan Hoel, 2002):
1. Data banyaknya perjalanan yang akan dibuat dari satu zona ke zona yang lain.
2. Ketersediaan jaringan jalan mengarahkan antarzona dan waktu yang diperlukan untuk menempuh perjalanan pada masing-masing rute.
3. Kaidah pengambilan keputusan (algoritma) dalam pemilihan rute.
1. Ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi.
2. Merupakan suatu konsep yang menggabungkan (mengkombinasikan): sistem tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya, di mana perubahan tata guna lahan, yang menimbulkan zona-zona dan jarak geografis di suatu wilayah atau kota, akan mudah dihubungkan oleh penyediaan prasarana atau sarana angkutan.
3. Mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi yang lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak di atasnya. Dengan perkataan lain: suatu ukuran kemudahan dan kenyamanan mengenai cara lokasi petak (tata) guna lahan yang saling berpencar, dapat berinteraksi (berhubungan) satu sama lain. Dan mudah atau sulitnya lokasi-lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasinya, merupakan hal yang sangat subjektif, kualitatif, dan relatif sifatnya (Tamin, O.Z., 1997). Artinya, yang mudah bagi seseorang belum tentu mudah bagi orang lain.
2.2 Survey Lalu Lintas
Komposisi lalu lintas kendaraan dibedakan atas empat jenis kendaraan antara lain (MKJI, 1996) :
1. Kendaraan ringan (light vehicles, LV)
Jenis kendaraan: mobil penumpang, oplet, bus mikro, pick-up, station wagon, colt, jeep, dan truk mikro.
2. Kendaraan berat (heavy vehicles, HV)
Jenis kendaraan: bus, truk dua gardar, dan truk tiga gardar.
3. Sepeda motor (motor vehicles, MC)
4. Kendaraan tak bermotor (unmotorized, UM)
Jenis kendaraan: sepeda, dokar, becak dan kereta dorong.
Survey lalu lintas dilakukan untuk mengumpulkan data/informasi mengenai karakteristik sistem lalu lintas jalan. Survey lalu lintas merupakan bagian dari studi lalu lintas, yang dilakukan untuk:
1. Memberikan dasar untuk perencanaan dan desain prasarana lalu lintas.
2. Membantu dalam pengoperasian lalu lintas dengan mengidentifikasikan kebutuhan fasilitas lalu lintas.
3. Menentukan karakteristik dasar lalu lintas, pergerakan, dan angkutan.
Survey-survey untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik lalu lintas dikelompokkan ke dalam:
1. Survey inventarisasi, survey untuk mengetahui adanya sarana dan prasarana yang ada di lokasi penelitian, meliputi: perlengkapan lalu lintas dan fasilitas angkutan umum.
2. Survey unjuk kerja, seperti volume lalu lintas, kecepatan, kelambatan, aksesibilitas parkir.
Pengumpulan data mengenai karakteristik jalan beserta kelengkapannya dalam inventarisasi prasarana dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengambilan data ke instansi terkait yang merupakan data sekunder seperti: data geometrik ruas jalan dan persimpangan, data marka, rambu dan lampu lalu lintas, dan data sistem jaringan jalan.
2. Pengamatan, dapat berupa pengamatan kuantitatif yang menggambarkan sketsa peta jalan, simpang, dan sekitarnya dengan menggunakan skala tertentu dan pengamatan kualitatif yang dengan menggunakan skala yang sesuai dengan tingkat keseriusannya. Hasil pengamatan selanjutnya dicatat dalam formulir yang telah ditetapkan.
3. Pengukuran
2.3 Model Transportasi
Dalam melakukan analisis transportasi digunakan beberapa model perhitungan tergantung pada ketersediaan data yang akan digunakan dalam perangkat lunak (software). Model transportasi ini akan memberikan suatu gambaran lalu lintas pada suatu daerah yang diamati. Langkah awal adalah dengan melakukan pendekatan makro dimulai dengan penaksiran intensitas tata guna lahan. Dari data tersebut selanjutnya diestimasi bangkitan perjalanan, distribusi perjalanan, pemilihan moda dan pembebanan lalu lintas.
Pembebanan perjalanan sebuah lokasi yang diamati ditambahkan dengan lalu lintas dasar (base-traffic) digunakan untuk menganalisa beban yang nyata pada daerah pengaruh dengan munculnya lokasi tersebut. Empat tahap dalam pemodelan transportasi adalah (Tamin, 1997) :
1. Perkiraan Bangkitan Perjalanan (Trip Attraction)
Tahap awal dari empat tahapan proses pemodelan (modelling) ini adalah bangkitan perjalanan (trip generation) yang di dalam hal ini sesuai dengan kategori tata guna lahan yang akan dianalisis meggunakan konsep tarikan perjalanan (trip attraction).
Dengan mengambil asumsi adanya keterkaitan antara intensitas tata guna lahan dengan jumlah perjalanan keluar masuk lokasi, maka dapat ditentukan hubungan matematis yang menggambarkan tingkat tarikan perjalanan ke lokasi tersebut.
Tahap ini juga merupakan tahap perhitungan jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh suatu zona atau kawasan. Tugas dari tahapan bangkitan perjalanan ini adalah untuk mencari jumlah pergerakan atau perjalanan pelaku transportasi (kendaraan, orang, dan barang), juga mencari tahu faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergerakan atau perjalanan.
2. Distribusi Perjalanan (Trip Distribution)
Trip Distribution pada intinya adalah tahapan untuk mendapatkan matriks asal tujuan (O-D Matrix, Origin-Destination Matrix) yang akan digunakan dalam proses selanjutnya.
Dasar distribusi yang digunakan adalah dengan proses skim, yaitu berupa penentuan minimum pada jarak tempuh perjalanan proporsional terhadap intensitas tata guna lahan daerah pengaruh kegiatan perdagangan. Tahapan ini bertujuan menghitung jumlah arus perjalanan kendaraan, orang, dan barang yang tersebar pada zona-zona menggunakan model transportasi.
3. Pemilihan Moda (Moda Split)
Tahapan ini mengkaji berdasarkan jenis moda yang digunakan. Dari data hasil survey dapat diketahui besarnya prosentase untuk setiap moda yang digunakan.
4. Pembebanan Perjalanan/Lalu Lintas (Trip/Traffic Assignment)
Tahapan terakhir adalah Trip/Traffic Assignment. Tahapan ini akan menghasilkan indikator kinerja lalu lintas yang meliputi derajat kejenuhan, tundaan dan panjang antrian serta volume lalu lintas yang dianalisa.
2.4 Pembebanan Lalu Lintas (Traffic Assigment)
Pembebanan lalu lintas (traffic assigment) merupakan proses untuk menentukan kondisi jalan secara nyata dan kondisi volume lalu lintas yang diharapkan. Peramalan dilakukan dari rata-rata harian atau volume lalu lintas jam tersibuk yang akan terjadi pada sistem jaringan jalan. Data yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pembebanan lalu lintas adalah (Garber dan Hoel, 2002):
1. Data banyaknya perjalanan yang akan dibuat dari satu zona ke zona yang lain.
2. Ketersediaan jaringan jalan mengarahkan antarzona dan waktu yang diperlukan untuk menempuh perjalanan pada masing-masing rute.
3. Kaidah pengambilan keputusan (algoritma) dalam pemilihan rute.