Budaya dan Seni
Definisi Budaya
Secara etimologi, kata budaya yang berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah sebagai
bentuk jamak dari kata buddhi yang sama dengan budi atau akal dalam bahasa Indonesia.
Maka budaya adalah hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut Ditjen
Kebudayaan Indonesia, kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang digunakan
untuk menanggapi lingkungannya.
Kebudayaan merupakan pengetahuan yang diperoleh manusia dari belajar yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhannya agar tetap hidup. Menurut Edward B.Tylor, budaya merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat. Andreas Eppink mengemukakan bahwa kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religi, dan segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi
ciri khas suatu masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Manusia dalam mempertahankan sekaligus memenuhi kebutuhan hidupnya sangat erat dengan
kebiasaan berpola (adat-istiadat) dan melembaga yang kesemuanya terangkum sebagai
wujud-wujud kebudayaan. Pokok-pokok dari wujud kebudayaan menurut J.J. Hoenigman yang
selaras dengan Koentjaraningrat (1980:15) pada dasarnya terbagi menurut tiga hal, yaitu:
Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan dan sebagainya yang termasuk kedalam bagian nilai budaya.
Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas kelakuan berpola dari manusia
dalam masyarakat yang kemudian dikenal dengan sebutan sistem sosial.
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya (artefak) manusia atau yang kita
kenal sebagai kebudayaan fisik.
Ketiga wujud dari kebudayaan ini berjalan saling menunjang dan berkaitan satu dengan yang
lainnya. Ide atau gagasan mengenai suatu hal yang dipercaya membuat sebuah kelompok
masyarakat menentukan agar dilakukannya sebuah kegiatan yang pada akhirnya akan memiliki
bentuk atau hasil berupa karya, baik itu kesenian (tari, patung, gambar, musik, dll), literasi
(tulisan-tulisan, prasasti, peraturan-peraturan,dll), maupun benda-benda yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari seperti pakaian/kain.
Maka dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia yang bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan budaya adalah benda-benda yang dihasilkan manusia sebagai makhluk berbudaya
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata seperti perilaku, bahasa, peralatan,
organisasi, religi, seni, dan lain-lain untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
2.1.2. Keragaman Teori Berkenaan dengan Budaya Indonesia
Manusia sebagai makhluk berbudaya adalah hasil perkembangan historis, bukan sebagai
makhluk biologis hasil evolusi alamiah. Sejarah perkembangan budaya Indonesia sangatlah
panjang. Sejak jaman-jaman kerajaan, saat nama Indonesia belum melekat pada Indonesia
kita ini, kita sudah memiliki budaya yang kaya dan kompleks. Berbagai tatanan dalam
kehidupan bermasyarakat begitu rumit untuk ditelaah satu persatu sekarang ini. Salah satu
sebabnya adalah dapat terlihat bahwa kebudayaan, tak hanya di Indonesia saja tapi di seluruh
dunia menjalani masa evolusi. Hal ini muncul akibat berbagai aliran pemikiran dominan pada
abad ke-19 yang mencoba menjelaskan perkembangan manusia dan pranata-pranata
sosialnya. Perkembangan teori-teori pemikiran rasional menyimpulkan bahwa pranata-pranata
yang diciptakan dan dikembangkan manusia disesuaikan dengan kegunaanya. Jika kegunaan
suatu pranata atau adat-istiadat tidak nyata, maka hal-hal itu merupakan peninggalan dari
suatu tahap evolusi terdahulu yang dipertahankan hingga kini. Saat ini budaya Indonesia telah
mencapai tahapan evolusi ini. Wujud budaya Indonesia yang kita kenal adalah bagian dari
peninggalan tradisional dari masa lalu, tanpa terasa fungsi nyata dari ide, gagasan, aktivitas,
bahkan berbagai benda nyata hasil kebudayaan manusia Indonesia itu sendiri. Hal ini terjadi
pada sebagian besar wujud kebudayaan kita yang telah lama ditinggalkan oleh masyarakat
modern. Manusia melalui kemampuan intelektualnya terus menerus berusaha agar
kebudayaannya dapat mencapai tahap kesempurnaan maksimal sehingga dapat berguna
baginya secara maksimal pula. Maka evolusi budaya adalah hal yang tak dapat terelakkan dan
salah satu tahap tertinggi pencapaian kebudayaan manusia adalah teknologi dan informasi
yang memulai perkembangan hasil budaya lainnya yaitu video-game.
Tokoh Antropologi Amerika Franz Boas (1858-1942) memulai perkembangan teori lain yang
bersumber pada konsep kebudayaannya, diantaranya bahwa:
Kebudayaan itu bersumber pada emosi dan bukan rasio;
Kebudayaan itu bersifat sui generis, artinya tumbuh dan berkembang
atas dasar
prinsip-prinsipnya sendiri, dan mempunyai kemampuan mengadakan modifikasi sehingga
unsur-unsur beragam yang merupakan hasil difusi terintegrasi menurut suatu gagasan atau
tema pokok;
Tiap-tiap kebudayaan itu adalah hasil perkembangan sejarah yang kompleks sehingga
masing-masing bersifat unik,
Kebudayaan jika dilihat secara subjektif memperlihatkan dinamika dan kreativitas yang
merupakan kekuatan yang dapat memperlihatkan dinamika unsur-unsur berbeda sebagai
hasil proses difusi ke dalam sistem budaya yang ada.
Kreativitas pembentukan budaya mengalami pembatasan karena faktor-faktor lingkungan
alam. Sejarah yang berkenaan dengan pembentukan suatu bangsa tertentu, atau agama
tertentu, bahkan tarian tertentu sangat bergantung pada pemahaman, perasaan, latar
belakang, unsur-unsur kreasi, serta tidak lupa lingkungan alam masing-masing tempat,
daerah, manusia, hubungan manusia dalam berkelompok, dan lain-lain yang membuat budaya
menjadi sangat unik, tentunya juga yang terjadi di Indonesia dengan ragamnya yang sangat-
sangat luas. Teknologi dan informasi yang termasuk dalam faktor pembentukan lingkunganpun
terlihat seolah-olah memisahkan diri dengan kehidupan tradisional yang masih banyak
dijumpai di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Terdapat jurang pemisah yang
cukup dalam antara mayoritas penjunjung tinggi nilai tradisional yang menolak, terbatas atau
membatasi akses teknologi dengan para pemegang faham modernitas yang mengesampingkan
nilai-nilai tradisional karena sudah dianggap tidak berguna bagi kehidupannya di masa kini.
Namun hal yang dapat kita lihat dari masing-masing sikap pro dan kontra ini adalah solusi
media yang dapat membuat keduanya berkembang seiring sejalan. Salah satu -hasil teknologi
yang memiliki potensi terbesar dalam pengembangannya sebagai unsur budaya di masa yang
akan datang adalah video-game (Douglas Lowensen, 2006).
Definisi Seni
Pendefinisian seni cukup menjadi bahan argumentasi tersendiri dalam berbagai forum, buku,
tulisan-tulisan, dan penuturan-penuturan berbagai tokoh baik seniman sendiri, filsuf, ahli
antropologi, maupun psikolog yang menggunakan konsep seni pada bidangnya masing-masing
dengan berbagai definisi yang berbeda-beda (Davies, 1991 dan Caroll, 2000). Richard
Wollheim menggambarkan bahwa seni adalah salah satu masalah klasik dalam kebudayaan
manusia yang sulit untuk didefinisikan. Secara etimologi, seni (art) dalam bahasa latin berarti
keahlian (skill). Namun dalam banyak teori seni terdapat pula argumen bahwa sebuah
kesalahan untuk kita berusaha mendefinisikan seni atau keindahan, karena mereka tidak
memiliki esensi, intisari, sehingga juga tidak memiliki definisi.
Menurut Morris Weitz dan Berys Gaut, seni adalah gabungan banyak konsep yang saling
berhubungan, bukan hanya satu konsep saja. Tiap orang memiliki selera, konsepnya sendiri.
Maka pendefinisian keindahan seni bagi tiap orang sangat bersifat relatif, berkaitan dengan
berbagai kegiatan dan benda atau medium yang digunakan sebagai sarana estetika.
Filsuf David Novitz mengemukakan bahwa perbedaan pendapat tentang definisi seni bukanlah
inti permasalahan, tapi ”kepedulian, ketertarikan dan gairah yang manusia berikan dalam
kehidupan sosialnya” adalah ”bagian yang sangat jauh terpisah dari segala perbedaan
pendapat klasifikasi tentang seni” (Novitz, 1996).
Secara etimologi, kata budaya yang berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah sebagai
bentuk jamak dari kata buddhi yang sama dengan budi atau akal dalam bahasa Indonesia.
Maka budaya adalah hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut Ditjen
Kebudayaan Indonesia, kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang digunakan
untuk menanggapi lingkungannya.
Kebudayaan merupakan pengetahuan yang diperoleh manusia dari belajar yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhannya agar tetap hidup. Menurut Edward B.Tylor, budaya merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat. Andreas Eppink mengemukakan bahwa kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religi, dan segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi
ciri khas suatu masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Manusia dalam mempertahankan sekaligus memenuhi kebutuhan hidupnya sangat erat dengan
kebiasaan berpola (adat-istiadat) dan melembaga yang kesemuanya terangkum sebagai
wujud-wujud kebudayaan. Pokok-pokok dari wujud kebudayaan menurut J.J. Hoenigman yang
selaras dengan Koentjaraningrat (1980:15) pada dasarnya terbagi menurut tiga hal, yaitu:
Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan dan sebagainya yang termasuk kedalam bagian nilai budaya.
Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas kelakuan berpola dari manusia
dalam masyarakat yang kemudian dikenal dengan sebutan sistem sosial.
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya (artefak) manusia atau yang kita
kenal sebagai kebudayaan fisik.
Ketiga wujud dari kebudayaan ini berjalan saling menunjang dan berkaitan satu dengan yang
lainnya. Ide atau gagasan mengenai suatu hal yang dipercaya membuat sebuah kelompok
masyarakat menentukan agar dilakukannya sebuah kegiatan yang pada akhirnya akan memiliki
bentuk atau hasil berupa karya, baik itu kesenian (tari, patung, gambar, musik, dll), literasi
(tulisan-tulisan, prasasti, peraturan-peraturan,dll), maupun benda-benda yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari seperti pakaian/kain.
Maka dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia yang bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan budaya adalah benda-benda yang dihasilkan manusia sebagai makhluk berbudaya
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata seperti perilaku, bahasa, peralatan,
organisasi, religi, seni, dan lain-lain untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
2.1.2. Keragaman Teori Berkenaan dengan Budaya Indonesia
Manusia sebagai makhluk berbudaya adalah hasil perkembangan historis, bukan sebagai
makhluk biologis hasil evolusi alamiah. Sejarah perkembangan budaya Indonesia sangatlah
panjang. Sejak jaman-jaman kerajaan, saat nama Indonesia belum melekat pada Indonesia
kita ini, kita sudah memiliki budaya yang kaya dan kompleks. Berbagai tatanan dalam
kehidupan bermasyarakat begitu rumit untuk ditelaah satu persatu sekarang ini. Salah satu
sebabnya adalah dapat terlihat bahwa kebudayaan, tak hanya di Indonesia saja tapi di seluruh
dunia menjalani masa evolusi. Hal ini muncul akibat berbagai aliran pemikiran dominan pada
abad ke-19 yang mencoba menjelaskan perkembangan manusia dan pranata-pranata
sosialnya. Perkembangan teori-teori pemikiran rasional menyimpulkan bahwa pranata-pranata
yang diciptakan dan dikembangkan manusia disesuaikan dengan kegunaanya. Jika kegunaan
suatu pranata atau adat-istiadat tidak nyata, maka hal-hal itu merupakan peninggalan dari
suatu tahap evolusi terdahulu yang dipertahankan hingga kini. Saat ini budaya Indonesia telah
mencapai tahapan evolusi ini. Wujud budaya Indonesia yang kita kenal adalah bagian dari
peninggalan tradisional dari masa lalu, tanpa terasa fungsi nyata dari ide, gagasan, aktivitas,
bahkan berbagai benda nyata hasil kebudayaan manusia Indonesia itu sendiri. Hal ini terjadi
pada sebagian besar wujud kebudayaan kita yang telah lama ditinggalkan oleh masyarakat
modern. Manusia melalui kemampuan intelektualnya terus menerus berusaha agar
kebudayaannya dapat mencapai tahap kesempurnaan maksimal sehingga dapat berguna
baginya secara maksimal pula. Maka evolusi budaya adalah hal yang tak dapat terelakkan dan
salah satu tahap tertinggi pencapaian kebudayaan manusia adalah teknologi dan informasi
yang memulai perkembangan hasil budaya lainnya yaitu video-game.
Tokoh Antropologi Amerika Franz Boas (1858-1942) memulai perkembangan teori lain yang
bersumber pada konsep kebudayaannya, diantaranya bahwa:
Kebudayaan itu bersumber pada emosi dan bukan rasio;
Kebudayaan itu bersifat sui generis, artinya tumbuh dan berkembang
atas dasar
prinsip-prinsipnya sendiri, dan mempunyai kemampuan mengadakan modifikasi sehingga
unsur-unsur beragam yang merupakan hasil difusi terintegrasi menurut suatu gagasan atau
tema pokok;
Tiap-tiap kebudayaan itu adalah hasil perkembangan sejarah yang kompleks sehingga
masing-masing bersifat unik,
Kebudayaan jika dilihat secara subjektif memperlihatkan dinamika dan kreativitas yang
merupakan kekuatan yang dapat memperlihatkan dinamika unsur-unsur berbeda sebagai
hasil proses difusi ke dalam sistem budaya yang ada.
Kreativitas pembentukan budaya mengalami pembatasan karena faktor-faktor lingkungan
alam. Sejarah yang berkenaan dengan pembentukan suatu bangsa tertentu, atau agama
tertentu, bahkan tarian tertentu sangat bergantung pada pemahaman, perasaan, latar
belakang, unsur-unsur kreasi, serta tidak lupa lingkungan alam masing-masing tempat,
daerah, manusia, hubungan manusia dalam berkelompok, dan lain-lain yang membuat budaya
menjadi sangat unik, tentunya juga yang terjadi di Indonesia dengan ragamnya yang sangat-
sangat luas. Teknologi dan informasi yang termasuk dalam faktor pembentukan lingkunganpun
terlihat seolah-olah memisahkan diri dengan kehidupan tradisional yang masih banyak
dijumpai di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Terdapat jurang pemisah yang
cukup dalam antara mayoritas penjunjung tinggi nilai tradisional yang menolak, terbatas atau
membatasi akses teknologi dengan para pemegang faham modernitas yang mengesampingkan
nilai-nilai tradisional karena sudah dianggap tidak berguna bagi kehidupannya di masa kini.
Namun hal yang dapat kita lihat dari masing-masing sikap pro dan kontra ini adalah solusi
media yang dapat membuat keduanya berkembang seiring sejalan. Salah satu -hasil teknologi
yang memiliki potensi terbesar dalam pengembangannya sebagai unsur budaya di masa yang
akan datang adalah video-game (Douglas Lowensen, 2006).
Definisi Seni
Pendefinisian seni cukup menjadi bahan argumentasi tersendiri dalam berbagai forum, buku,
tulisan-tulisan, dan penuturan-penuturan berbagai tokoh baik seniman sendiri, filsuf, ahli
antropologi, maupun psikolog yang menggunakan konsep seni pada bidangnya masing-masing
dengan berbagai definisi yang berbeda-beda (Davies, 1991 dan Caroll, 2000). Richard
Wollheim menggambarkan bahwa seni adalah salah satu masalah klasik dalam kebudayaan
manusia yang sulit untuk didefinisikan. Secara etimologi, seni (art) dalam bahasa latin berarti
keahlian (skill). Namun dalam banyak teori seni terdapat pula argumen bahwa sebuah
kesalahan untuk kita berusaha mendefinisikan seni atau keindahan, karena mereka tidak
memiliki esensi, intisari, sehingga juga tidak memiliki definisi.
Menurut Morris Weitz dan Berys Gaut, seni adalah gabungan banyak konsep yang saling
berhubungan, bukan hanya satu konsep saja. Tiap orang memiliki selera, konsepnya sendiri.
Maka pendefinisian keindahan seni bagi tiap orang sangat bersifat relatif, berkaitan dengan
berbagai kegiatan dan benda atau medium yang digunakan sebagai sarana estetika.
Filsuf David Novitz mengemukakan bahwa perbedaan pendapat tentang definisi seni bukanlah
inti permasalahan, tapi ”kepedulian, ketertarikan dan gairah yang manusia berikan dalam
kehidupan sosialnya” adalah ”bagian yang sangat jauh terpisah dari segala perbedaan
pendapat klasifikasi tentang seni” (Novitz, 1996).