Wujud Terimakasih Allah SWT Kepada Seseorang
Sabda Rasulullah SAW: "Sungguh seorang pria melihat anjing menjilat kotoran kering karena tidak tahan menahan haus dan tak menemukan air, maka lelaki itu mencabut sepatu kulitnya dan mengambil air dari sumur dan memberinya minum hingga puas, maka Allah berterimakasih padanya dan memasukannya ke surga" (Shahih Bukhari)
Image
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Lemah lembut kepada hamba-hambaNya terlebih kepada hamba yang memiliki sifat lemah lembut kepada yang lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“ Sayangilah yang ada di bumi, maka yang di langit (malaikat) akan menyayangi kalian”
Sebagaimana pula hadits luhur yang telah kita baca, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan pengajaran kepada kita dengan hadits tersebut yang begitu singkat namun memiliki makna yang sangat dalam, dimana kepedulian terhadap seekor hewan yang najis sekali pun seperti seekor anjing yang sedang mendapatkan kesulitan karena kehausan, kemudian seseorang menolongnya maka Allah subhanahu wata’ala menghadiahkan untuknya surga sebab perbuatannya yang memberi minum seekor anjing yang kehausan. Padahal kita mengetahui bahwa memasuki surga kita harus melewati berbagai macam cobaan dan kesulitan, akan tetapi jiwa yang penuh dengan kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah maka Allah akan menyayanginya dan berterima kasih kepadanya atas perbuatannya. Sebagaimana dalam hadits tersebut, dimana perbuatan baik seorang lelaki itu terhadap anjing yang kehausan, dimana anjing tersebut tidak mampu membalas kebaikannya maka Allah subhanahu wata’ala yang membalasnya dengan memasukkannya ke dalam surga. Namun semakin hari dalam perputaran bumi ini semakin sirna orang-orang yang memiliki rasa kasih sayang dan lemah lembut antar sesama makhluk, padahal sifat mulia itulah yang justru menjadikan sebab turunnya rahmat Allah ke muka bumi, namun semakin berlalunya waktu manusia semakin banyak yang bersifat bengis dan tidak peduli kepada sesama manusia, terlebih lagi terhadap seekor hewan. Namun nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan tuntunan kepada kita bahwa peduli kepada seekor hewan yang najis sekalipun bisa memasukkan seseorang ke dalam surga, terlebih jika peduli kepada sesama manusia yang baik, terlebih lagi jika peduli kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu dengan memperbanyak shalawat atau memperbanyak mengajak orang lain untuk mengerjakan keluhuran seperti hadir di majelis ta’lim, di majelis dzikir, mengingatkan orang lain untuk melakukan shalat dan lainnya baik mengajaknya dengan ucapan langsung, telepon, atau pun sms. Hal demikian merupakan kepedulian kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang terlihat sepele, bahkan lebih sepele dari perbuatan seseorang yang memberi minum seekor anjing yang disebutkan dalam hadits tersebut, yang kemudian Allah memasukkannya ke dalam surga karena niatnya, yaitu karena kelembutan hati dan kasih sayang yang ada dalam dirinya. Dan tiadalah hati yang lebih berlemah lembut dari sanubari sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh sebab itu semakin mulia derajat seseorang, maka hatinya akan semakin berlemah lembut dan semakin seseorang berlemah lembut dan berkasih sayang maka ia akan semakin mulia di sisi Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Hijrah telah memindahkan kita kepada kehidupan, keadaan atau masa yang baru, demikianlah kehidupan manusia dari waktu ke waktu terus berubah, dimana semakin banyak seseorang mendapatkan kenikmatan, barangkali semakin banyak pula perbuatan dosa yang dilakukan wal’iyadzubillah, sehingga semakin banyak dan berat pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah subhanahu wata’ala. Maka sungguh beruntung orang yang setiap waktu semakin mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala. Kita mengetahui dimana semakin hari semakin banyak musibah yang terjadi di bumi, disebabkan karena semakin banyak yang berbuat dosa, akan tetapi jika semakin hari orang yang berbuat dosa semakin berkurang maka musibah pun akan semakin berkurang di muka bumi. Sebagaimana yang terjadi di tahun-tahun yang lalu ketika hampir seluruh gunung berapi yang ada di pulau Jawa berada pada status “Siaga 1” atau status “Awas”, namun ketika itu masuk bulan Rabi’ Al Awwal dimana seluruh penduduk di pulau Jawa meramaikan dengan acara Maulid Nabi Muhammmad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga tidak sampai kabar tentang meletusnya gunung-gunung itu. Karena alam semesta tunduk sebab perbuatan manusia yang mengikuti sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, dan semakin mereka berbuat baik dan mengikuti sang nabi maka alam pun akan semakin berbuat baik karena hal itu adalah perintah Allah subhanahu wata’ala kepada alam. Sebaliknya jika manusia selalu berbuat buruk maka alam akan membalas perbuatan buruk itu dengan bencana atau musibah, dan disamping itu balasan atas perbuatan mereka akan tetap tersisa untuk kelak di akhirat. Bumi dan semesta alam yang milik Allah itu ditinggalkan untuk kita, namun kita tidak mengetahui masih tersisa berapa waktu kita dapat menginjak bumi, berapa lama lagi Allah meminjamkan udara untuk kita bernafas, tersisa berapa lama Allah meminjamkan tubuh ini kepada kita, kesemua itu tercantum pada keputusanNya Yang Maha Luhur, berapa lama kita akan hidup di dunia dan bagaimana kehidupan kita di dunia, maka masa depan kita adalah milik Allah subhanahu wata’ala dan masa lalu kita kembali kepada Allah, dimana dosa-dosa yang telah lewat Allah Maha Mampu menghapusnya dalam waktu sekejap bahkan bisa berubah menjadi pahala, begitu juga sebaliknya bisa jadi satu hal makruh pun dapat menceburkan seseorang ke dalam api neraka, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam riwayat Shahih Al Bukhari :
“Barangsiapa yang dihisab berarti ia disiksa”
Kemudian sayyidah Aisyah RA berkata, bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
“Bukankah Allah Ta'ala berfirman: "Kelak dia akan dihisab dengan hisab yang ringan"
Maka Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Hal itu adalah al ‘aradh (pemaparan amal), namun barangsiapa yang dimunaqasyah (didebat) hisabnya, maka ia akan binasa”
Maksud dari hadits tersebut adalah jika Allah subhanahu wata’ala mendesak atau mempertanyakan kenikmatan-kenikmatan yang diberikan kepada hambaNya maka ia akan celaka, seperti kenikmatan melihat dari mana ia mendapatkannya, dan berapa banyak sel yang ada pada mata yang berkhidmat atau bekerja untuknya sehingga ia mampu melihat, namun kebanyakan nikmat melihat itu digunakan untuk berbuat dosa atau melanggar perintah Allah subhanahu wata’ala, maka jika hal seperti ini terjadi pada seorang hamba maka habislah semua amal baik seorang hamba karena pertanyaan tersebut, belum lagi tuntutan atau pertanyaan atas kenikmatan dan perbuatan yang lainnya, meskipun hal itu adalah perbuatan-perbuatan baik namun di dalamnya terdapat sifat tercela seperti sikap sombong, iri, riya’ dan lainnya. Maka dalam hal ini Al Imam As Syafi’i RA berkata : “ Aku takut dan khawatir terhadap amal-amalku yang terbaik, bagaimana aku tidak khawatir dan takut akan amal-amalku yang buruk”. Salah seorang ulama’ berkata dalam qasidahnya:
“ Ya Allah kami tidak memiliki amal baik (dibandingkan kenikmatan yang Engkau berikan) bahkan semua usaha dan perbuatan kami , akan tetapi kami memiliki harapan (mendapatkan kasih sayangMu), Dimana Engkau Maha Mampu menghidupkan tulang-tulang yang telah hancur lebur”.
Karena hakikatnya semua amal perbuatan baik manusia adalah dari hidayah dan taufik Allah subhanahu wata’ala, dimana seorang hamba hanyalah senantiasa berharap kasih sayang Allah subhanahu wata’ala. Selanjutnya kita bermunajat semoga Allah subhanahu wata’ala memuliakan kita sepanjang waktu dan zaman, semakin seseorang bepindah dari kehidupan kepada kehidupan yang lain dalam keadaan yang semakin baik maka semakin mulia lah kehidupannya, semakin dekat kepada Allah subhanahu wata’ala sehingga semakin disucikan dan semakin banyak dilimpahi rahmat oleh Allah subhanahu wata’ala. Semoga Allah subhanahu wata’ala menjaga kita, ayah ibu kita, keluarga kita, wilayah kita, negara kita, bangsa kita dan seluruh ummat Islam di penjuru barat dan timur dari musibah dan bahaya, dengan keagungan namaNya Yaa Rahmaan Yaa Rahiim…
sumber : http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=374&Itemid=1
Image
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Lemah lembut kepada hamba-hambaNya terlebih kepada hamba yang memiliki sifat lemah lembut kepada yang lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“ Sayangilah yang ada di bumi, maka yang di langit (malaikat) akan menyayangi kalian”
Sebagaimana pula hadits luhur yang telah kita baca, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan pengajaran kepada kita dengan hadits tersebut yang begitu singkat namun memiliki makna yang sangat dalam, dimana kepedulian terhadap seekor hewan yang najis sekali pun seperti seekor anjing yang sedang mendapatkan kesulitan karena kehausan, kemudian seseorang menolongnya maka Allah subhanahu wata’ala menghadiahkan untuknya surga sebab perbuatannya yang memberi minum seekor anjing yang kehausan. Padahal kita mengetahui bahwa memasuki surga kita harus melewati berbagai macam cobaan dan kesulitan, akan tetapi jiwa yang penuh dengan kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah maka Allah akan menyayanginya dan berterima kasih kepadanya atas perbuatannya. Sebagaimana dalam hadits tersebut, dimana perbuatan baik seorang lelaki itu terhadap anjing yang kehausan, dimana anjing tersebut tidak mampu membalas kebaikannya maka Allah subhanahu wata’ala yang membalasnya dengan memasukkannya ke dalam surga. Namun semakin hari dalam perputaran bumi ini semakin sirna orang-orang yang memiliki rasa kasih sayang dan lemah lembut antar sesama makhluk, padahal sifat mulia itulah yang justru menjadikan sebab turunnya rahmat Allah ke muka bumi, namun semakin berlalunya waktu manusia semakin banyak yang bersifat bengis dan tidak peduli kepada sesama manusia, terlebih lagi terhadap seekor hewan. Namun nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan tuntunan kepada kita bahwa peduli kepada seekor hewan yang najis sekalipun bisa memasukkan seseorang ke dalam surga, terlebih jika peduli kepada sesama manusia yang baik, terlebih lagi jika peduli kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu dengan memperbanyak shalawat atau memperbanyak mengajak orang lain untuk mengerjakan keluhuran seperti hadir di majelis ta’lim, di majelis dzikir, mengingatkan orang lain untuk melakukan shalat dan lainnya baik mengajaknya dengan ucapan langsung, telepon, atau pun sms. Hal demikian merupakan kepedulian kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang terlihat sepele, bahkan lebih sepele dari perbuatan seseorang yang memberi minum seekor anjing yang disebutkan dalam hadits tersebut, yang kemudian Allah memasukkannya ke dalam surga karena niatnya, yaitu karena kelembutan hati dan kasih sayang yang ada dalam dirinya. Dan tiadalah hati yang lebih berlemah lembut dari sanubari sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh sebab itu semakin mulia derajat seseorang, maka hatinya akan semakin berlemah lembut dan semakin seseorang berlemah lembut dan berkasih sayang maka ia akan semakin mulia di sisi Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Hijrah telah memindahkan kita kepada kehidupan, keadaan atau masa yang baru, demikianlah kehidupan manusia dari waktu ke waktu terus berubah, dimana semakin banyak seseorang mendapatkan kenikmatan, barangkali semakin banyak pula perbuatan dosa yang dilakukan wal’iyadzubillah, sehingga semakin banyak dan berat pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah subhanahu wata’ala. Maka sungguh beruntung orang yang setiap waktu semakin mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala. Kita mengetahui dimana semakin hari semakin banyak musibah yang terjadi di bumi, disebabkan karena semakin banyak yang berbuat dosa, akan tetapi jika semakin hari orang yang berbuat dosa semakin berkurang maka musibah pun akan semakin berkurang di muka bumi. Sebagaimana yang terjadi di tahun-tahun yang lalu ketika hampir seluruh gunung berapi yang ada di pulau Jawa berada pada status “Siaga 1” atau status “Awas”, namun ketika itu masuk bulan Rabi’ Al Awwal dimana seluruh penduduk di pulau Jawa meramaikan dengan acara Maulid Nabi Muhammmad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga tidak sampai kabar tentang meletusnya gunung-gunung itu. Karena alam semesta tunduk sebab perbuatan manusia yang mengikuti sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, dan semakin mereka berbuat baik dan mengikuti sang nabi maka alam pun akan semakin berbuat baik karena hal itu adalah perintah Allah subhanahu wata’ala kepada alam. Sebaliknya jika manusia selalu berbuat buruk maka alam akan membalas perbuatan buruk itu dengan bencana atau musibah, dan disamping itu balasan atas perbuatan mereka akan tetap tersisa untuk kelak di akhirat. Bumi dan semesta alam yang milik Allah itu ditinggalkan untuk kita, namun kita tidak mengetahui masih tersisa berapa waktu kita dapat menginjak bumi, berapa lama lagi Allah meminjamkan udara untuk kita bernafas, tersisa berapa lama Allah meminjamkan tubuh ini kepada kita, kesemua itu tercantum pada keputusanNya Yang Maha Luhur, berapa lama kita akan hidup di dunia dan bagaimana kehidupan kita di dunia, maka masa depan kita adalah milik Allah subhanahu wata’ala dan masa lalu kita kembali kepada Allah, dimana dosa-dosa yang telah lewat Allah Maha Mampu menghapusnya dalam waktu sekejap bahkan bisa berubah menjadi pahala, begitu juga sebaliknya bisa jadi satu hal makruh pun dapat menceburkan seseorang ke dalam api neraka, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam riwayat Shahih Al Bukhari :
“Barangsiapa yang dihisab berarti ia disiksa”
Kemudian sayyidah Aisyah RA berkata, bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
“Bukankah Allah Ta'ala berfirman: "Kelak dia akan dihisab dengan hisab yang ringan"
Maka Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Hal itu adalah al ‘aradh (pemaparan amal), namun barangsiapa yang dimunaqasyah (didebat) hisabnya, maka ia akan binasa”
Maksud dari hadits tersebut adalah jika Allah subhanahu wata’ala mendesak atau mempertanyakan kenikmatan-kenikmatan yang diberikan kepada hambaNya maka ia akan celaka, seperti kenikmatan melihat dari mana ia mendapatkannya, dan berapa banyak sel yang ada pada mata yang berkhidmat atau bekerja untuknya sehingga ia mampu melihat, namun kebanyakan nikmat melihat itu digunakan untuk berbuat dosa atau melanggar perintah Allah subhanahu wata’ala, maka jika hal seperti ini terjadi pada seorang hamba maka habislah semua amal baik seorang hamba karena pertanyaan tersebut, belum lagi tuntutan atau pertanyaan atas kenikmatan dan perbuatan yang lainnya, meskipun hal itu adalah perbuatan-perbuatan baik namun di dalamnya terdapat sifat tercela seperti sikap sombong, iri, riya’ dan lainnya. Maka dalam hal ini Al Imam As Syafi’i RA berkata : “ Aku takut dan khawatir terhadap amal-amalku yang terbaik, bagaimana aku tidak khawatir dan takut akan amal-amalku yang buruk”. Salah seorang ulama’ berkata dalam qasidahnya:
“ Ya Allah kami tidak memiliki amal baik (dibandingkan kenikmatan yang Engkau berikan) bahkan semua usaha dan perbuatan kami , akan tetapi kami memiliki harapan (mendapatkan kasih sayangMu), Dimana Engkau Maha Mampu menghidupkan tulang-tulang yang telah hancur lebur”.
Karena hakikatnya semua amal perbuatan baik manusia adalah dari hidayah dan taufik Allah subhanahu wata’ala, dimana seorang hamba hanyalah senantiasa berharap kasih sayang Allah subhanahu wata’ala. Selanjutnya kita bermunajat semoga Allah subhanahu wata’ala memuliakan kita sepanjang waktu dan zaman, semakin seseorang bepindah dari kehidupan kepada kehidupan yang lain dalam keadaan yang semakin baik maka semakin mulia lah kehidupannya, semakin dekat kepada Allah subhanahu wata’ala sehingga semakin disucikan dan semakin banyak dilimpahi rahmat oleh Allah subhanahu wata’ala. Semoga Allah subhanahu wata’ala menjaga kita, ayah ibu kita, keluarga kita, wilayah kita, negara kita, bangsa kita dan seluruh ummat Islam di penjuru barat dan timur dari musibah dan bahaya, dengan keagungan namaNya Yaa Rahmaan Yaa Rahiim…
sumber : http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=374&Itemid=1