Solidaritas

Berawal dari sebuah tatanan masyarakat pasca pencerahan yaitu masyarakat modern awal. Ketika karya sosiologi mulai menjadi legitimasi ilmiah, segala problem masyarakat dan kegiatan masyarakat menjadi bahan penelitian dari sosiologi. Tidak terlepas mengenai sistem sosial dalam masayarakat modern awal.
Atas dasar semangat pencerahan tersebut timbul satu konsepsi dalam kajian sosiologi apa yang disebut solidaritas sosial. Emile Durkheim dalam tesisnya The Devision Of Labor In Society menjelaskan bahwa solidaritas sosial dalam masyarakat terpetakan menjadi dua domain yaitu:

1. Solidaritas Mekanik
Solidaritas mekanik yang mengarah pada problem transisi dari tradisional ke modern. Ia mencirikan “solidaritas mekanis” masyarakat tradisional sebagai solidaritas yang tergantung pada “keseragaman” anggota-angotanya, yang mana dalam kehidupan bersamanya diciptakan bagi keyakinan dan nilai-nilai bersama. Dalam kondisi solidaritas mekanis, menurutnya “individualitas tak berlaku” sebab “kesadaran individual” tergantung pada kolektif dan mengikuti pada geraknya. Jadi, solidaritas mekanis lebih memberi peluang seluas-luasnya bagi kebersamaan tanpa batas. Dengan begitu logika individual begitu saja terenyahkan. Tiada keputusan individu untuk mewarnai keputusan kolektif. Hukuman hanya ada pada masyarakat kolektif. Proses penyeragaman ini menjadikan masyarakat tradisional semakin kecil kesempatannya untuak sekedar membuat keputusan individual.
Sebelum menuju uraian terkait solidaritas organik, alangkah baiknya manakala terlebih dahulu menguraikan hal yang mencirikan masyarakat komplek dalam arus modernitas. Karena soidaritas organic nantaianya akan beroperasi pada masyarakat komplek. Masyarakat komplek adalah kebalikan dari ciri-ciri dari masyarakat sederhana. Masyarakat-masyarakat komplek mempunyai wilayah-wilayah yang luas dan rapat penduduk, dengan berbagai macam kelompok yang tersusun beraneka ragam. Sebagai ganti tersegmentasi, masayarakat komplek sejak awal terintegrasi dalam arti bahwa bagian-bagian mereka bergantung satu sama lain pada dukungan timbal-balik, sehingga masyarakat-masayarakat itu lebih bersifat “organis” daripada “mekanis”
Didalam masyarakat-masyarakat kompleks rancangan-rancangan institusional disepesialisasikan sehingga sejenis institusi keluarga, religius, pendidikan, politis, dan ekonomis, menjadi lebih tampak jelas dan demikian juga setiap jenis institusi menjadi kurang pokok bagi setiap anggota masyarakat itu. Individu-individu tidak lagi dibawah kontrol ketat dari kolektivitas institusi-institusi yang terjalin erat yang mendominasi masyarakat-masyarakat sederhana. Didalam dirinya setiap institusi juga menghasilkan spesialisasi peran-peran dan karenanya menyebabkan munculnya perbedaan-perbedaan yang menonjol antara para individu yang menduduki peran tersebut.sepesialisasi kegiatan-kegiatan yang saling tergantung ini adalah cirri bukan hanya dari proses ekonomi akan tetapi secara menyeluruh dari semua segi masyarakat, misalnya sebuah masyarakat organis membutuhkan sebuah “organ politik” yang tersepesialisasi, negara untuk merundingakan dan memutuskan demi kepentingan seluruh masyarakat, dan didalam organ masyarakat tertentu ada keaneka ragaman peran politis yang saling bergantung, antara lain yang paling jelas, peran penyusun undang-undang mengadili para pelanggar undang-undang dan mrelaksanakan undang-undang. Kecenderungan keberagaman dalam masyarakat kolektif inilah menurut Dhurkheim memiliki satu kekhasan terendiri dalam perubahan sosial.
2. Solidaritas Organik
Solidaritas organis, yaitu solidaritas yang terbangun dan beroperasi didalam masyarakat kompleks berasal lebih dari sekedar saling ketergantungan dari kesamaan bagian-bagiannya.perbedaan-perbedaan yang membentuk kesatuan baru ini tentu bersifat saling melengkapi dan tidak saling bertentangan, karena setiap peran yang terspesialisasi penampilannya tergantung pada kegiatan-kegiatan orang atau kelompok organisasi yang saling berhubungan didalam suatu kegiatan dan aktivitas dan tak satupun berdiri lepas satu sama lain. Solidaritas organis dengan demikian, adalah sebuah kesatuan dari sebuah keseluruhan yang bagian-bagiannya berbeda-beda namun berhubung-hubungan dengan cara sedemikian rupa sehingga masing-masing membantu mencapai tujuan-tuuan keseluruhan. Fungsi pembagian kerja bukanlah sebagaimana mungkin diharapkan, dan sebagaimana dikatakan Adam Semith, meningkatkan produktivitas, melainkan untuk memungkinkan sebuah kehidupan sosial yang integral yang tidak tergantung pada sebuah keseragaman melulu dalam bagian-bagian sistem itu. Inilah kemudian yang diikutunya dari Marx dan Comte, yang keduanya itu berfikir bahwa pembagian kerja mau tidak mau pasti membedah tatanan sosial.

b. Ruang Lingkup Solidaritas Organik

Ada semacam kontroversi sengit terkait ciri persis dari solidaritas organis, khususnya utilitarian yang ditolak oleh Durkheim di lain tempat. Pembuatan kontrak diantara para individu yang otonom, tampaknya hanyalah sesuatu yang katanya tidak menghasilkan kohesi sosial yang stabil. Dan, manakala didalam masyarakat yang kompleks ada pengurangan intensitas dan kadar kesadaran kolektif, apakah lantas pengurangan ini tidak menghancurkan dasar-dasar yang dianggap penting untuk hubungan kontrak sosial. Namun jelaslah bahwa Durkheim dalam hal ini tidak pernah berfikir kalau masyarakat komplek bisa dilepaskan dari dukungan kesadaran kolektif, sekalipun kesadaran ini kurang ekstensif dan kurang kuat dibandingkan dengan kesadaran kolektif masyarakat sederhana.
Solidaritas organis bukanlah sebuah alternative dari solidaritas mekanis; yang terakhir ini bisa ada tanpa yang pertama tetapi yang pertama tidak bisa tanpa yang pertama tetapi yang pertama tidak akan ada tanpa yang terakhir pad taraf tertentu. Namun, lebih penting lagi, persetujuan diam-diam Durkheim akan perbedaan individu tidak membuatnya menerima tesis bahwa individu bebas mengambil setiap tujuan; didalam sebuah masyarakat organis yang diorganisir dengan baik tujuan-tujuan yang berbeda-beda dari masyarakat tidak dipilih secara acak melainkan ditetapkan oleh masyarakat itu. Lagipula tujuan-tujuan ini tidak mementingkan individu melainkan pada taraf tertentu terarah pada tujuan-tujuan kemasyarakatan. Selanjunya, kesadaran para individu yang bersangkutan mencakup akan gambaran-gambaran kesadaran kolektif yang mengandung ide saling ketergantungan dan kerja sama. Kesadaran itu bukanlah harmoni kepentingan-kepentingan yang artificial karena mencakup sebuah ketergantungan aktual dan timbal balik yang sadar dari kepentingan yang pada dirinya tidak bertentangan satu sama lain.
Bentuk kohesi sosial yang rumit ini bukanlah hasil sepesialisasi atao organisasi sosial yang bersifat universal. Durkheim berpendapat bahwa bisa jadi ada bentuk-bentuk pembagian kerja yang tidak biasa dimana pperbedaan-perbedaan tidk menimbulkan daya tarik timbal-balik melainkan konflik dan permusuhan. Hal demikian disebabkan oleh berkurangnya kekuatan kesadaran kolektif, karena hal semacam ini biasa dalam masyarkat industri. Hal tersebut khususnya terjadi dalam masa-masa peralihan sebelum solidaritas organis berkembang penuh untuk mengisi kekosongan yang tercipta karena karena kemerosotan kesadaran kolektif. Jadi, ruang lingkup operasional dari solidaritas organis akan signifikan manakala masyarakat benar-benar mencapai kesadaran kolektif secara menyeluruh.
c. Implikasi Solidaritas Organis

Setelah solidaritas organis terlalui dari pengertian sampai ruang kerjanya maka, giliran bagaimana implikasi yang ditimbulkan akibat solidaritas organis yang melampaui batas. Solidaritas organis yang beroperasi menuju solidaritas yang seluas-luasnya pada akhirnya akan bermuara pada penyeragaman centralistik menuju solidaritas yang sangat mekanistis. Di dalam masa-masa itu (disebut Suicide) individu, yang tercerabut dari kepastian-kepastian solidaritas mekanis, lebih cenderung kependeritan-penderitaan batiniah, bunuh diri “anomis” dan tingkah laku sosial yang kacau balau pada umumnya. Keadaan ini dianggap sebagai pembagian kerja yang dipaksakan dan kejahatan-kejahatannya tidak dapat diatasi, seperti yang pernah diterapkan Adam Smith, dengan pendidikan, atau yang pernah diyakini Marx, dengan penghapusan spesialisasi secara hampir menyeluruh, melainkan dengan pertumbuhan sedikit demi sedikit bentuk-bentuk kerja sama kompleks yang lebih normal dan kurang memaksa.
Implikasi-implikasi praktis dari Suicide searah dengan Devision Of Labor dimana ia persis mencapai kesimpulan yang sama mengenai kebutuhan akan penataan organis untuk membendung anomie. Dari sini ada andaian perkembangan kerja-sama industrial yang mencakup norma-norma yang dipaksakan secara efektif untuk mempertemukan bentuk-bentuk kehidupan sosial yang baru. Kelompok-kelompok macam itu akan memiliki lebih dari sekedar fungsi-fungsi ekonomis. Kelompok-kelompok tersebut mau melengkapi individu dengan sebuah latar belakang sosial yang lengkap, didalamnya individu memenuhi kehidupannya yang tersepesialisasi-karena sepesialisme akan menjadi salah satu kewajiban yang ditanamkan oleh kerjasama-kerjasama, dan pada saat yang sama kelompok-kelompok jabatan ini akan memungkinkan orang untuk menikmati persaudaraan yang diperlukan secara kodrati tetapi tidak ada dalam masyarakat sekitar.
Jelaslah bahwa indikasi yang tercerna dalam uraian solidaritas adalah keseimbangan (equilibrium) antara kebutuhan individu dan masyarakat. Tidak ada solidaritas tanpa batas, tidak ada masyarakat tanpa sepesialisasi dan tidak ada pula masyarakat individual yang melulu sepesial. Semua menjadi satu kesatuan yang dinamis, tidak menimbulkan harmoni kejumudan sosial dalam masyarakat. Patologi yang nantinya akan mengendap dalam tingkah polah masyarakat. Assemua akan tetap tersandarkan dan terregulasi dalam dimensi sosial yang amat sangat mengikat. Tidak ada deregulasi hubungan sosial. Jadi solidaritas dalam dimensi sosial adalah hal yang terpenting dan wajib. Tidak ada fakta sosial, realitas sosial, interaksi sosial, konflik sosial tanpa solidaritas sosial.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel