Kahlil Gibran.
Kahlil Gibran atau Jubran Khalil Jubran adalah salah seorang sastrawan perantauan (Mahjar) beraliran romantik. Lahir 6 Januari 1883 di sebuah desa bernama Besharri, Lebanon Utara dan meninggal pada 1931 di usia 48 tahun.
Gibran adalah salah seorang pengikut Gereja Katholik Maronit. Ia berasal dari keluarga terpandang —kakeknya termasuk tokoh masyarakat di Besharri— namun hidup dalam kondisi kemiskinan secara ekonomis. Ayahnya bernama Khalil bin Gibran, seorang gembala yang memiliki kebiasaan memainkan Taoula, merokok narjille (pipa air), mengunjungi teman-temannya untuk sekedar mengobrol. Kadangkala ia juga minum arak dan berjalan-jalan di padang luas pegunungan Lebanon.
Sedangkan ibunya, Kamila, adalah anak terakhir dari seorang pendeta Maronit, Estephanos Rahmi, yang berstatus janda sebelum menikah dengan Khalil. Pernikahan Kamila dengan suami pertamanya, Hanna Abdel Salam, dikaruniai seorang putra bernama Peter. Sedangkan dari perkawinannya dengan suami kedua, yaitu Khalil bin Gibran, Kamila dianugerahi tiga anak. Selain Gibran diberi nama sama dengan nama ayahnya, Kamila juga melahirkan dua anak perempuan, yakni Mariana, dan Sultana.
Akan tetapi, dalam kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan tidak menyurutkan gerak Gibran untuk mengenyam bangku sekolah. Mula-mula ia belajar banyak hal, terutama bahasa, musik, dan sedikit mengenal tentang seni lukis dari ibunya yang polyglot (menguasai bahasa Arab, Perancis, dan Inggris). Tatkala usianya masih terlalu kecil, si ibu memperkenalkan sebuah kisah dari negeri Arab yang cukup tersohor, Kisah Seribu Satu Malam, juga Tembang Perburuan (Hunting Song) karya Abu Nawas. Ini artinya, sejak kecil Gibran bergelut dengan pelajaran sastra.
Didasari keinginan kuat untuk mengurangi beban kemiskinan keluarga, pada tahun 1894, Peter, saudara tiri Gibran yang saat itu berusia 18 tahun mengutarakan keinginan untuk berimigrasi ke Amerika. Semula ibunya menolak rencana itu. Namun akhirnya sang ibu menyetujui dengan syarat keluarganya dapat berangkat secara bersama-sama. Hanya saja sang ayah menolak dengan alasan memelihara sedikit harta yang mereka miliki. Tetapi penolakan sang ayah itu tidak mengurangi niat Kamila, Gibran dan kedua saudaranya dengan dimotori Peter untuk terus berangkat ke Amerika.
Langkah tersebut memang lazim dilakukan oleh para penduduk Lebanon. Sebab, ada tiga alasan penting yang menjadi faktor pendorongnya, yaitu:
Pertama, keinginan untuk melepaskan diri dari tindakan represif Turki Usmani.
Kedua, untuk mencari modal atau memperbaiki perekonomian keluarga.
Ketiga, untuk kedua tujuan tersebut sekaligus.
Setelah menginjakkan kaki di Amerika, mereka menuju Boston di mana banyak penduduk asli Besharri dan Syiria membentuk koloni di China-town. Sang ibu, Peter, dan dua saudara perempuan Gibran bekerja mencari uang. Dia sendiri terpaksa masuk sekolah untuk memperoleh pendidikan lebih. Selama dua tahun bersekolah itulah, tampak kecerdasan dan kecemerlangan otak Gibran memukau gurunya. Ia selalu memperoleh nilai tertinggi di antara teman-teman “asing”nya di sana. Oleh sang guru, Gibran kemudian disarankan untuk menyingkat namanya menjadi “Kahlil Gibran” dari nama semula “Jubran Khalil Jubran”.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Amerika, Gibran bermaksud kembali ke Lebanon guna mendalami bahasa aslinya (bahasa Arab) dan mengenal banyak karya pemikir dan sastrawan Arab terdahulu. Setelah keinginannya dikabulkan oleh ibunya, dalam rentang waktu antara tahun 1896–1901, Gibran menempuh pendidikan di sebuah sekolah terkemuka, Madrasah Al-Hikmah, yang terletak di Beirut sekarang.
Di madrasah itu, Gibran belajar Hukum Internasional, ketabiban, musik dan sejarah Agama. Selama periode 1898 dia menjadi penyunting pada majalah sastra dan filsafat, Al Hakekat. Dengan bekal kemampuan Gibran dalam seni lukis dan didasari kekagumannya pada para pemikir besar Arab yang diketahuinya dalam kelas, pada 1900 Gibran membuat sketsa wajah penyair Islam periode awal seperti Abu Nawas, al-Mutanabbi, al-Farid dan Khansa (penyair besar perempuan dari Arab), juga wajah para filosof seperti Ibnu Khaldun dan Ibnu Sina.
Selama itu pula ada sebuah kenangan indah yang mempengaruhi jiwanya secara mendalam, yaitu kisah cinta pertamanya dengan Hala Daher, seorang putri dari sebuah keluarga aistokrat di Lebanon. Oleh Gibran kisah itu lalu diabadikan dalam novelnya, The Broken Wings (1912).
Tetapi ketidaksetaran status sosial telah menjadi tembok yang membatasi cinta keduanya. Sejak saat itu, Kahlil berubah secara drastis. Hati dan cintanya yang terluka telah menjadikan dirinya sebagai seseorang yang membenci seluruh kehidupan tradisi perkawinan ketimuran yang diatur dalam “kasta-kasta” sosial.
Menginjak usianya ke-18 tahun, Gibran telah menyelesaikan studinya di Madrasah al-Hikmah dengan hasil sangat memuaskan. Namun, karena didorong keinginan memperluas ilmu dan wawasan serta mendalami seni lukis, dia memutuskan untuk berangkat ke Paris. Dalam perjalanannya itu, Gibran menyempatkan diri singgah di Yunani, Italia, dan Spanyol pada 1901.
Di Paris, Kahlil Gibran tinggal selama dua tahun. di kota inilah dia menulis buku Spirits Rebellious, sebuah buku yang terkenal dengan kritikannya terhadap keadaan sosial, para pejabat tinggi, pengurus keagamaan, juga cintanya yang kandas. Karena bukunya itu, Gibran sempat dikucilkan pihak Gereja Maronit dan diasingkan oleh pemerintah Turki di Lebanon. Keduanya juga membakar karyanya di berbagai tempat di Beirut.
Kemalangan Gibran tidak cukup sampai di sini. Tahun 1903 dia menerima surat dari saudaranya, Peter, yang memintanya untuk segera kembali ke Boston sebab adiknya, Sultana, meninggal akibat terserang penyakit Tuber Culosa (TBC) dan ibunya menderita sakit berat. Pada tahun yang sama di bulan Maret, Peter juga meninggal akibat wabah serupa.
Kepedihan Gibran serasa bertumpuk setelah ibunya yang tercinta turut menyusul kedua saudaranya menghadap Yang Kuasa, tepat tiga bulan setelah kematian Peter. Kehilangan sang ibu yang dicintainya membuat Gibran amat terpukul dan patah arang. Baginya, kini hanya tinggal Mariana, adik sekaligus kawan yang setia menemani di negeri orang. Secara historis, tampak bahwa realitas kemalangan yang dialaminya di Boston telah mempengaruhi seluruh karyanya di kemudian hari.
Ia mulai aktif menulis termasuk menulis beberapa artikel yang tersebar di berbagai media massa. Tulisan-tulisannya mampu mencengangkan pengagum sastra dunia, termasuk kritikus sastra Arab terkemuka, May Zaidah. Bermula dari polemik di media massa sejak 1912, ternyata sentuhan cinta keduanya mampu merekatkan jarak Amerika-Arab meski sampai akhir hayatnya, mereka tidak pernah saling bertemu.
B. LATAR PEMIKIRAN GIBRAN
SEPANJANG PERJALANAN HIDUP, MANUSIA TIDAK AKAN BISA TERLEPAS DARI MASA LALU. BAIK ITU YANG MENYANGKUT KEGEMBIRAAN MAUPUN KESEDIHAN. DENGAN DEMIKIAN, MANUSIA SECARA TIDAK LANGSUNG DITANTANG UNTUK MELAKUKAN SEBUAH UPAYA REFLEKSI. SEBAGAIMANA DIKATAKAN OLEH FILSUF BESAR YUNANI, PLATO: “HIDUP YANG TIDAK DIREFLEKSIKAN BUKANLAH HIDUP YANG TIDAK MANUSIAWI.”
BAGI GIBRAN, HIDUP DALAM KEADAAN SERBA KEKURANGAN, PENGUASA YANG BERTINDAK LALIM, MANDULNYA OTORITAS AGAMA KARENA CAMPUR TANGAN ADAT DAN TRADISI YANG KAKU, SERTA KETIMPANGAN SOSIAL YANG SETIAP SAAT MUDAH DIJUMPAI, TELAH MEMBAWANYA MENCARI “DUNIA BARU” MELALUI JALAN KONTEMPLASI ATAU REFLEKSI. KONDISI SEPERTI INILAH YANG AKHIRNYA MEMBESARKAN NAMANYA. DAN HAMPIR SELURUH KARYA YANG DICIPTAKAN, TERILHAMI OLEH MASA LALU YANG KELAM.
KEGERAMAN GIBRAN, TELEBIH LAGI, BANYAK DIPENGARUHI OLEH PARA SENIMAN BOHEMIAN—PARA SENIMAN YANG SUKA BERONTAK DAN ANTI KEMAPANAN. DIA TUMBUH MENJADI PENYAIR YANG CUKUP BERANI MENGUNGKAPKAN IDE ATAU GAGASAN YANG PEDAS, NAMUN DIA JUGA MAMPU MENGHADIRKAN TULISAN-TULISANNYA DENGAN BAHASA YANG TIDAK VULGAR.
C. KARYA-KARYA GIBRAN
GIBRAN MENGEKSPRESIKAN IDE-IDENYA, PIKIRAN-PIKIRANNYA MELALUI BERBAGAI MACAM BENTUK EKSPRESI SASTRAWI. KARYA-KARYANYA DIBUKUKAN TERDIRI DARI BENTUK PUISI, PUISI PROSA ATAU PROSA PUISI, AFORISMA, CERITA-CERITA PENDEK, ESAI-ESAI, NOVEL DAN PARABEL. DENGAN INTENSITAS MENGHARUKAN YANG MEMBERI CIRI UNGKAPAN YANG BENAR-BENAR PENTING, KARYA-KARYA GIBRAN MEMPROYEKSIKAN KEBENARAN UNIVERSAL YANG TIDAK TERBATAS WAKTU.
KARYA-KARYA GIBRAN PERTAMA, BERISI TENTANG KEBERANIAN, CERITA YANG MENGISAHKAN ORANG-ORANG TERTINDAS YANG BERJUANG UNTUK KEBEBASAN DAN MEMBAWAKAN PESAN KEADILAN, MAKIAN PEDAS KEPADA MEREKA YANG MEMANFAATKAN ORANG MISKIN. KEMUDIAN KARYA-KARYANYA MULAI MENGKRITISI KETIDAKSETARAAN PRIA DENGAN WANITA, EKSTREMISME AGAMA, FEODALISME DAN CINTA YANG DILUHURKAN OLEH TRADISI.
BENTUK KARYA-KARYA GIBRAN TERDIRI DARI DUA BAHASA YAITU BAHASA ARAB DAN INGGRIS. YANG BERBAHASA ARAB, DIASUMSIKAN UNTUK MENGGUGAH KESADARAN BANGSA-BANGSA ARAB PADA KEADAAN MEREKA DAN MEMBANTU MENGHAPUSKAN PENJAJAHAN, TERMASUK LEBANON. DAN YANG BERBAHASA INGGRIS, DIASUMSIKAN UNTUK MENYADARKAN BANGSA BARAT AKAN PENTINGNYA PERDAMAIAN DAN PERSAUDARAAN. KEMUDIAN DITERJEMAHKAN KE BERBAGAI BAHASA, SEIRING DENGAN MAKIN BANYAKNYA PEMINAT KARYA-KARYA GIBRAN.
DIANTARA KARYA-KARYA KAHLIL GIBRAN :
1. NUBDAH FI FANN AL-MUSIQA (1905)
BUKU PERTAMA GIBRAN INI DI TERBITKAN OLEH AL-MOHAJIR, BERUPA PIDATO LIRIK TENTANG SENI MUSIK DAN SEJARAH MUSIK TENTANG BANGSA-BANGSA ZAMAN DAHULU DAN PERAN YANG DIMAINKAN MUSIK DALAM BERBAGAI PERADABAN. BUKU INI TIDAK NAMPAK CIRI KARYA SEORANG PEMULA KARENA IMAJINASINYA TERPENDAM OLEH GAYA BERBUNGA-BUNGA, NADA LESU DAN RITME TIDAK PASTI. GAYA LEBIH KUAT DAN EKSPRESI PUITIKNYA PUNYA KUALITAS MASKULIN YANG BENAR-BENAR KHAS DIRINYA SENDIRI.
2. AL-‘ARA’IS AL-MURUJ (1906)
BERISI KUMPULAN CERITA PENDEK YAKNI BERISIKAN KISAH-KISAH, BAIK KISAH UTOPIS, REALIS, IRONIS DAN SATIRIS. DALAM BUKU INI, GIBRAN MENGGAMBARKAN MASYARAKAT YANG HIRARKIS SEDERHANA, MASYARAKAT GOLONGAN ATAS DAN BAWAH YANG MERUPAKAN KONDISI YANG BANYAK TERDAPAT DALAM MASYARAKAT ARAB TRADISI. DITERJEMAHKAN KE DALAM BAHASA INGGRIS MENJADI NIMPHS OF THE VALLEY.
3. AL-ARWAH AL-MUTAMMARIDAH (1908)
BUKU INI MENGANGKAT KONDISI MASYARAKAT TERTINDAS DI LEBANON SEBAGAI TEMA SENTRAL. TEMANYA LEBIH BLAK-BLAKAN DAN LEBIH BERANI DI BANDING BIDADARI LEMBAH.
4. AL-AJNIHAH AL-MUKASSIRAH (1912)
MENURUT GIBRAN SENDIRI, BUKU INI MEMILIKI KESESUAIAN DENGAN FILSAFAT PERKAWINAN. DALAM BUKU INI IA TIDAK MENGUNGKAPKAN PROBLEM CINTA, YANG SELALU MENJADI TOPIK SENTRAL DALAM SELURUH NOVELNYA. DEFINISINYA TENTANG CINTA TIDAK LAGI PLATONIK ATAU FREUDIAN, NAMUN ANTARA ROMANTIS DAN SPIRITUAL. DIA BERSIKERAS MENGIKUTI CARA BLAISE PASCAL, BAHWA CINTA BUKANLAH KERJA AKAL NAMUN KERJA HATI; CINTA BUKAN SENSASI HATI SECARA BADANIAH, NAMUN SENSASI HATI YANG MEMILIKI LOGIKANYA SENDIRI.
BUKU INI DIILHAMI KISAH CINTA PERTAMANYA DENGAN HALA DAHER TAPI KEMUDIAN HUBUNGAN ITU BERAKHIR DENGAN KESEDIHAN OLEH KEMAUAN AYAH HALA DAHER. BUKU INI KEMUDIAN DITERJEMAHKAN KE DALAM BAHASA INGGRIS MENJADI THE BROKEN WINGS.
5. KITAB DAM ‘AH WA AL-IBTISAMAH (1914)
BUKU INI BERISI PUISI DAN PUISI-PROSA, BAHWA EKSISTENSI MANUSIA TEROMBANG-AMBING DIANTARA DUA SITUASI-METAFISIK-PROBLEMATIS, YAKNI KESENANGAN DAN PENDERITAAN. DALAM KEHIDUPAN MANUSIA TIDAK HANYA ADA SISI KESUSAHAN TETAPI ADA REALITAS KEBAHAGIAAN, KESENANGAN DAN CINTA. BUKU INI DITERJEMAHKAN KE DALAM BAHASA INGGRIS MENJADI A TEAR AND A SMILE.
6. THE MAD MAN ; HIS PARABELS AND POEMS (1918)
DALAM THE MAD MAN TERDIRI DARI KUMPULAM PUISI DAN PARABEL. DI DALAMNYA SANGAT TAMPAK PENGARUH NIETZSCHE TERHADAP GAYA GIBRAN DAN TREND YANG MENGIKUTI ZARATHUSTRA. GIBRAN TIDAK MENYATAKAN KEMATIAN KEILAHIAN, TETAPI MENGUNGKAPKAN HUBUNGAN KERJA SAMA ANTARA TUHAN DAN MANUSIA DALAM PENCIPTAAN.
7. AL-MAWAKIB (PROSISI: 1919)
BERISI KUMPULAN PUISI-PUISI LIRIS DALAM BAHASA ARAB. SEBAGIAN BESAR ISINYA TENTANG CINTA DAN KEHIDUPAN YANG MEMILIKI DUA SISI, BAIK BURUK, LEMBUT-LIAR DAN LAIN SEBAGAINYA. PUISINYA MENGGAMBARKAN ASPEK-ASPEK KEHIDUPAN, BAHWA DIRI YANG BERADAB SELALU MEMAHAMI KEHIDUPAN DARI KETERATURAN DAN TATANAN, SEDANGKAN DARI SPONTAN MENGANGGAP KEHIDUPAN SEBAGAI KREATIFITAS YANG LIAR DAN TAK TERATUR.
8. AL-‘AWASIF (PRAHARA: 1920)
BERISI ANTOLOGI PUISI, DENGAN TIGA PULUH SATU JUDUL BERUPA PUISI DARI CERPEN. DIANTARA JUDUL YANG BANYAK DIMINATI ADALAH NIFAR AL-QUBUR, RA’YU, AL-SYAITHAN, AL-SYAIR AL-BAGALI.
9. THE FORREUNER (1920)
DALAM PENGANTAR BUKU INI MANUSIA DIDEFINISIKAN SEBAGAI “PELOPOR”. LOGIKANYA DALAM BUKU INI MIRIP DENGAN DIALEKTIKA MARX ATAU SARTE, SECARA PSIKOLOGIS INILAH YANG DISEBUT AKTUALISASI DIRI. ISINYA KISAH-KISAH SIMBOLIS DAN PARABEL-PARABEL YANG BERKAITAN DENGAN CINTA DAN KEHIDUPAN.
10. AL-BADA’I WA AL-TARA’IF (1923)
ADALAH KUMPULAN SYAIR DAN TULISAN-TULISAN PENDEKNYA YANG PERNAH DIMUAT DALAM MAJALAH AL-HILAL.
11. THE PROPHET (1923)
GIBRAN SENDIRI MENULIS BAHWA PESAN DALAM BUKU SENSASIONALNYA INI ADALAH “TUJUAN MANUSIA HANYALAH KEABADIAN YANG HADIR DI MANA-MANA, YANG MAHA KUASA DAN MAHA TAHU” DAN DALAM CAHAYA ITU, KASIH SAYANG, KERAMAHAN, PENGAMPUNAN DAN KEBAJIKAN SEMACAM ITU MENJADI KEBUTUHAN UNTUK HIDUP DENGAN BENAR. BUKU INI TERBIT DAN TERJUAL LARIS DALAM GEJOLAK PERANG DUNIA II.
TERDIRI DARI 26 KHOTBAH PUITIK TENTANG PERKARA-PERKARA YANG LUAS KISARANNYA. TOKOH DALAM SANG NABI; ALMUSTAFA MENEKANKAN IDENTITAS POKOK DARI CINTA, KEGEMBIRAAN, KEPEDIHAN DAN KESEDIHAN, INILAH SEGI UTAMA DARI SANG NABI. ALMUSTAFA DISINI ADALAH YESUS DAN MUHAMMAD YANG MENYATU PADU, PENJELMAAN AL-INSAN AL-KAMIL DARI TRADISI SUFI. CIRI YANG MENCOLOK ADALAH BAHASA INJILINYA KING JAMES.
12. SAND AND FOAM (1926)
MERUPAKAN KOMPILASI PEPATAH DAN KATA-KATA BIJAK, SETIAP KATA-KATA DALAM KUMPULAN INI BIASA DIGUNAKAN UNTUK MEDITASI INTELEKTUAL.
13. KALIMAT JUBRAN (1927)
BERISI KUMPULAN APHORISMA (KATA-KATA BIJAK) YANG PERNAH IA TULIS DAN DITERBITKAN DALAM BANYAK MAJALAH.
14. YESUS THE SON OF MAN (1928)
DALAM BUKU INI GIBRAN MENYAJIKAN 78 KESAN YANG BERBEDA TENTANG YESUS YANG SECARA IMAJINATIF BERKAITAN DENGAN KONTEMPORERNYA, SIFATNYA NYATA SEKALIGUS FIKSI. GIBRAN MENEMPATKAN YESUS DALAM KONTEKS KEDEWAAN LAINNYA YANG PERNAH HIDUP DI DUNIA.
REKONTRUKSI IMAJINATIF GIBRAN DILAKSANAKAN DENGAN TUJUAN MENANTANG PANDANGAN SATU-DIMENSI DI KALANGAN TEOLOG BARAT TENTANG KRISTUS. GIBRAN MENGGALI ASPEK-ASPEK SIFAT KEMANUSIAAN KRISTUS, IA SERING MENGGAMBARKAN YESUS SEBAGAI SOSOK YANG MEMPUNYAI EMOSI MENDUA; TERHARU KEPADA YANG MISKIN DAN MALANG, MARAH MEMBARA TERHADAP YANG PUAS KEPADA DIRI SENDIRI DAN SOMBONG. DALAM BUKU INI YESUS ADALAH SUATU KEPRIBADIAN YANG AMAT TERLIBAT DALAM KEHIDUPAN EMOSIONAL MANUSIA, DENGAN AMAT MAHIR GIBRAN TIDAK MENYAMAKANNYA.
15. THE EARTH GOD (1931)
BUKU YANG MEMBENTUK SEBUAH TRILOGI YANG DIARAHKAN UNTUK MELAKSANAKAN DIMENSI EKSISTENSI MANUSIA. MENITIKBERATKAN HUBUNGAN TUHAN DAN MANUSIA. MANUSIA MEMPUNYAI KEINGINAN UNTUK LEBIH DEKAT DENGAN TUHAN. ESSAI INI MERUPAKAN DIALOG YANG TERJADI ANTARA TIGA DEWA, DUA DI ANTARANYA MENGANGGAP BAHWA MANUSIA MAKANAN UNTUK PARA DEWA. DEWA KE-TIGA, BERUPAYA MERUBAH SIKAP DUA DEWA YANG TOTALITER ITU, DIA MENGINGATKAN BAHWA CINTA MERUPAKAN KEBIJAKAN PARA DEWA.
16. THE WANDERER (1932)
THE WANDERER MENCERITAKAN BAHWA IDEOLOGI POLITIK, SISTEM PENDIDIKAN, LEMBAGA-LEMBAGA KEAGAMAAN, HUKUM-HUKUM SOSIAL, LINGKUNGAN KELUARGA KITA, BAHKAN HUBUNGAN PERSAHABATAN KITA, CENDERUNG MERAMPAS SUBYEKTIFITAS KITA, MEMATIKAN KEBEBASAN KITA UNTUK MENYADARI IDENTITAS DIRI.
GIBRAN MEMBERIKAN JALAN UNTUK KELUAR DARI SITUASINYA YAITU DENGAN MENJALANI KEHIDUPAN AGAPE. KARENA CINTA MURNI TIDAK BERPAMRIH, TIDAK EGOIS DAN TIDAK CAMPUR TANGAN TERHADAP KEBEBASAN ORANG LAIN UNTUK “MENJADI”, “BERBUAT”, DAN “MEMILIKI”. DI TITIK INI DIA MENGGAMBARKAN DENGAN BEBERAPA CONTOH BAGAIMANA CINTA BEKERJA DALAM HUBUNGAN AKRAB PERKAWINAN, KELUARGA DAN PERSAHABATAN.
17. THE GARDEN OF THE PROPHET (1933)
BUKU INI MERUPAKAN KELANJUTAN KISAH ALMUSTAFA DALAM SANG NABI.
SELAIN YANG DI ATAS, MASIH BANYAK BUKU-BUKU LAIN YANG DITERBITKAN ATAS KEINGINAN ORANG LAIN UNTUK MEMENUHI BANYAK PEMINAT KARYA-KARYA GIBRAN, BAIK TENTANG BIOGRAFINYA, PROSES INTELEKTUAL, PEMIKIRAN GIBRAN DAN BAKAT SENINYA. ADA JUGA BUKU-BUKU YANG TERBIT TERDIRI DARI KUMPULAN TULISAN-TULISAN GIBRAN SEPERTI A TREASURY OF KAHLIL GIBRAN, THE VOICE OF KAHLIL GIBRAN, SPIRITUAL OF SAYINGS OF KAHLIL GIBRAN, KAHLIL GIBRAN: A SELF POTRAIT, DAN AL-MAJMU’AH AL-KAMILAH LI MUALLAFAT JUBRAN KHALIL JUBRAN.
Gibran adalah salah seorang pengikut Gereja Katholik Maronit. Ia berasal dari keluarga terpandang —kakeknya termasuk tokoh masyarakat di Besharri— namun hidup dalam kondisi kemiskinan secara ekonomis. Ayahnya bernama Khalil bin Gibran, seorang gembala yang memiliki kebiasaan memainkan Taoula, merokok narjille (pipa air), mengunjungi teman-temannya untuk sekedar mengobrol. Kadangkala ia juga minum arak dan berjalan-jalan di padang luas pegunungan Lebanon.
Sedangkan ibunya, Kamila, adalah anak terakhir dari seorang pendeta Maronit, Estephanos Rahmi, yang berstatus janda sebelum menikah dengan Khalil. Pernikahan Kamila dengan suami pertamanya, Hanna Abdel Salam, dikaruniai seorang putra bernama Peter. Sedangkan dari perkawinannya dengan suami kedua, yaitu Khalil bin Gibran, Kamila dianugerahi tiga anak. Selain Gibran diberi nama sama dengan nama ayahnya, Kamila juga melahirkan dua anak perempuan, yakni Mariana, dan Sultana.
Akan tetapi, dalam kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan tidak menyurutkan gerak Gibran untuk mengenyam bangku sekolah. Mula-mula ia belajar banyak hal, terutama bahasa, musik, dan sedikit mengenal tentang seni lukis dari ibunya yang polyglot (menguasai bahasa Arab, Perancis, dan Inggris). Tatkala usianya masih terlalu kecil, si ibu memperkenalkan sebuah kisah dari negeri Arab yang cukup tersohor, Kisah Seribu Satu Malam, juga Tembang Perburuan (Hunting Song) karya Abu Nawas. Ini artinya, sejak kecil Gibran bergelut dengan pelajaran sastra.
Didasari keinginan kuat untuk mengurangi beban kemiskinan keluarga, pada tahun 1894, Peter, saudara tiri Gibran yang saat itu berusia 18 tahun mengutarakan keinginan untuk berimigrasi ke Amerika. Semula ibunya menolak rencana itu. Namun akhirnya sang ibu menyetujui dengan syarat keluarganya dapat berangkat secara bersama-sama. Hanya saja sang ayah menolak dengan alasan memelihara sedikit harta yang mereka miliki. Tetapi penolakan sang ayah itu tidak mengurangi niat Kamila, Gibran dan kedua saudaranya dengan dimotori Peter untuk terus berangkat ke Amerika.
Langkah tersebut memang lazim dilakukan oleh para penduduk Lebanon. Sebab, ada tiga alasan penting yang menjadi faktor pendorongnya, yaitu:
Pertama, keinginan untuk melepaskan diri dari tindakan represif Turki Usmani.
Kedua, untuk mencari modal atau memperbaiki perekonomian keluarga.
Ketiga, untuk kedua tujuan tersebut sekaligus.
Setelah menginjakkan kaki di Amerika, mereka menuju Boston di mana banyak penduduk asli Besharri dan Syiria membentuk koloni di China-town. Sang ibu, Peter, dan dua saudara perempuan Gibran bekerja mencari uang. Dia sendiri terpaksa masuk sekolah untuk memperoleh pendidikan lebih. Selama dua tahun bersekolah itulah, tampak kecerdasan dan kecemerlangan otak Gibran memukau gurunya. Ia selalu memperoleh nilai tertinggi di antara teman-teman “asing”nya di sana. Oleh sang guru, Gibran kemudian disarankan untuk menyingkat namanya menjadi “Kahlil Gibran” dari nama semula “Jubran Khalil Jubran”.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Amerika, Gibran bermaksud kembali ke Lebanon guna mendalami bahasa aslinya (bahasa Arab) dan mengenal banyak karya pemikir dan sastrawan Arab terdahulu. Setelah keinginannya dikabulkan oleh ibunya, dalam rentang waktu antara tahun 1896–1901, Gibran menempuh pendidikan di sebuah sekolah terkemuka, Madrasah Al-Hikmah, yang terletak di Beirut sekarang.
Di madrasah itu, Gibran belajar Hukum Internasional, ketabiban, musik dan sejarah Agama. Selama periode 1898 dia menjadi penyunting pada majalah sastra dan filsafat, Al Hakekat. Dengan bekal kemampuan Gibran dalam seni lukis dan didasari kekagumannya pada para pemikir besar Arab yang diketahuinya dalam kelas, pada 1900 Gibran membuat sketsa wajah penyair Islam periode awal seperti Abu Nawas, al-Mutanabbi, al-Farid dan Khansa (penyair besar perempuan dari Arab), juga wajah para filosof seperti Ibnu Khaldun dan Ibnu Sina.
Selama itu pula ada sebuah kenangan indah yang mempengaruhi jiwanya secara mendalam, yaitu kisah cinta pertamanya dengan Hala Daher, seorang putri dari sebuah keluarga aistokrat di Lebanon. Oleh Gibran kisah itu lalu diabadikan dalam novelnya, The Broken Wings (1912).
Tetapi ketidaksetaran status sosial telah menjadi tembok yang membatasi cinta keduanya. Sejak saat itu, Kahlil berubah secara drastis. Hati dan cintanya yang terluka telah menjadikan dirinya sebagai seseorang yang membenci seluruh kehidupan tradisi perkawinan ketimuran yang diatur dalam “kasta-kasta” sosial.
Menginjak usianya ke-18 tahun, Gibran telah menyelesaikan studinya di Madrasah al-Hikmah dengan hasil sangat memuaskan. Namun, karena didorong keinginan memperluas ilmu dan wawasan serta mendalami seni lukis, dia memutuskan untuk berangkat ke Paris. Dalam perjalanannya itu, Gibran menyempatkan diri singgah di Yunani, Italia, dan Spanyol pada 1901.
Di Paris, Kahlil Gibran tinggal selama dua tahun. di kota inilah dia menulis buku Spirits Rebellious, sebuah buku yang terkenal dengan kritikannya terhadap keadaan sosial, para pejabat tinggi, pengurus keagamaan, juga cintanya yang kandas. Karena bukunya itu, Gibran sempat dikucilkan pihak Gereja Maronit dan diasingkan oleh pemerintah Turki di Lebanon. Keduanya juga membakar karyanya di berbagai tempat di Beirut.
Kemalangan Gibran tidak cukup sampai di sini. Tahun 1903 dia menerima surat dari saudaranya, Peter, yang memintanya untuk segera kembali ke Boston sebab adiknya, Sultana, meninggal akibat terserang penyakit Tuber Culosa (TBC) dan ibunya menderita sakit berat. Pada tahun yang sama di bulan Maret, Peter juga meninggal akibat wabah serupa.
Kepedihan Gibran serasa bertumpuk setelah ibunya yang tercinta turut menyusul kedua saudaranya menghadap Yang Kuasa, tepat tiga bulan setelah kematian Peter. Kehilangan sang ibu yang dicintainya membuat Gibran amat terpukul dan patah arang. Baginya, kini hanya tinggal Mariana, adik sekaligus kawan yang setia menemani di negeri orang. Secara historis, tampak bahwa realitas kemalangan yang dialaminya di Boston telah mempengaruhi seluruh karyanya di kemudian hari.
Ia mulai aktif menulis termasuk menulis beberapa artikel yang tersebar di berbagai media massa. Tulisan-tulisannya mampu mencengangkan pengagum sastra dunia, termasuk kritikus sastra Arab terkemuka, May Zaidah. Bermula dari polemik di media massa sejak 1912, ternyata sentuhan cinta keduanya mampu merekatkan jarak Amerika-Arab meski sampai akhir hayatnya, mereka tidak pernah saling bertemu.
B. LATAR PEMIKIRAN GIBRAN
SEPANJANG PERJALANAN HIDUP, MANUSIA TIDAK AKAN BISA TERLEPAS DARI MASA LALU. BAIK ITU YANG MENYANGKUT KEGEMBIRAAN MAUPUN KESEDIHAN. DENGAN DEMIKIAN, MANUSIA SECARA TIDAK LANGSUNG DITANTANG UNTUK MELAKUKAN SEBUAH UPAYA REFLEKSI. SEBAGAIMANA DIKATAKAN OLEH FILSUF BESAR YUNANI, PLATO: “HIDUP YANG TIDAK DIREFLEKSIKAN BUKANLAH HIDUP YANG TIDAK MANUSIAWI.”
BAGI GIBRAN, HIDUP DALAM KEADAAN SERBA KEKURANGAN, PENGUASA YANG BERTINDAK LALIM, MANDULNYA OTORITAS AGAMA KARENA CAMPUR TANGAN ADAT DAN TRADISI YANG KAKU, SERTA KETIMPANGAN SOSIAL YANG SETIAP SAAT MUDAH DIJUMPAI, TELAH MEMBAWANYA MENCARI “DUNIA BARU” MELALUI JALAN KONTEMPLASI ATAU REFLEKSI. KONDISI SEPERTI INILAH YANG AKHIRNYA MEMBESARKAN NAMANYA. DAN HAMPIR SELURUH KARYA YANG DICIPTAKAN, TERILHAMI OLEH MASA LALU YANG KELAM.
KEGERAMAN GIBRAN, TELEBIH LAGI, BANYAK DIPENGARUHI OLEH PARA SENIMAN BOHEMIAN—PARA SENIMAN YANG SUKA BERONTAK DAN ANTI KEMAPANAN. DIA TUMBUH MENJADI PENYAIR YANG CUKUP BERANI MENGUNGKAPKAN IDE ATAU GAGASAN YANG PEDAS, NAMUN DIA JUGA MAMPU MENGHADIRKAN TULISAN-TULISANNYA DENGAN BAHASA YANG TIDAK VULGAR.
C. KARYA-KARYA GIBRAN
GIBRAN MENGEKSPRESIKAN IDE-IDENYA, PIKIRAN-PIKIRANNYA MELALUI BERBAGAI MACAM BENTUK EKSPRESI SASTRAWI. KARYA-KARYANYA DIBUKUKAN TERDIRI DARI BENTUK PUISI, PUISI PROSA ATAU PROSA PUISI, AFORISMA, CERITA-CERITA PENDEK, ESAI-ESAI, NOVEL DAN PARABEL. DENGAN INTENSITAS MENGHARUKAN YANG MEMBERI CIRI UNGKAPAN YANG BENAR-BENAR PENTING, KARYA-KARYA GIBRAN MEMPROYEKSIKAN KEBENARAN UNIVERSAL YANG TIDAK TERBATAS WAKTU.
KARYA-KARYA GIBRAN PERTAMA, BERISI TENTANG KEBERANIAN, CERITA YANG MENGISAHKAN ORANG-ORANG TERTINDAS YANG BERJUANG UNTUK KEBEBASAN DAN MEMBAWAKAN PESAN KEADILAN, MAKIAN PEDAS KEPADA MEREKA YANG MEMANFAATKAN ORANG MISKIN. KEMUDIAN KARYA-KARYANYA MULAI MENGKRITISI KETIDAKSETARAAN PRIA DENGAN WANITA, EKSTREMISME AGAMA, FEODALISME DAN CINTA YANG DILUHURKAN OLEH TRADISI.
BENTUK KARYA-KARYA GIBRAN TERDIRI DARI DUA BAHASA YAITU BAHASA ARAB DAN INGGRIS. YANG BERBAHASA ARAB, DIASUMSIKAN UNTUK MENGGUGAH KESADARAN BANGSA-BANGSA ARAB PADA KEADAAN MEREKA DAN MEMBANTU MENGHAPUSKAN PENJAJAHAN, TERMASUK LEBANON. DAN YANG BERBAHASA INGGRIS, DIASUMSIKAN UNTUK MENYADARKAN BANGSA BARAT AKAN PENTINGNYA PERDAMAIAN DAN PERSAUDARAAN. KEMUDIAN DITERJEMAHKAN KE BERBAGAI BAHASA, SEIRING DENGAN MAKIN BANYAKNYA PEMINAT KARYA-KARYA GIBRAN.
DIANTARA KARYA-KARYA KAHLIL GIBRAN :
1. NUBDAH FI FANN AL-MUSIQA (1905)
BUKU PERTAMA GIBRAN INI DI TERBITKAN OLEH AL-MOHAJIR, BERUPA PIDATO LIRIK TENTANG SENI MUSIK DAN SEJARAH MUSIK TENTANG BANGSA-BANGSA ZAMAN DAHULU DAN PERAN YANG DIMAINKAN MUSIK DALAM BERBAGAI PERADABAN. BUKU INI TIDAK NAMPAK CIRI KARYA SEORANG PEMULA KARENA IMAJINASINYA TERPENDAM OLEH GAYA BERBUNGA-BUNGA, NADA LESU DAN RITME TIDAK PASTI. GAYA LEBIH KUAT DAN EKSPRESI PUITIKNYA PUNYA KUALITAS MASKULIN YANG BENAR-BENAR KHAS DIRINYA SENDIRI.
2. AL-‘ARA’IS AL-MURUJ (1906)
BERISI KUMPULAN CERITA PENDEK YAKNI BERISIKAN KISAH-KISAH, BAIK KISAH UTOPIS, REALIS, IRONIS DAN SATIRIS. DALAM BUKU INI, GIBRAN MENGGAMBARKAN MASYARAKAT YANG HIRARKIS SEDERHANA, MASYARAKAT GOLONGAN ATAS DAN BAWAH YANG MERUPAKAN KONDISI YANG BANYAK TERDAPAT DALAM MASYARAKAT ARAB TRADISI. DITERJEMAHKAN KE DALAM BAHASA INGGRIS MENJADI NIMPHS OF THE VALLEY.
3. AL-ARWAH AL-MUTAMMARIDAH (1908)
BUKU INI MENGANGKAT KONDISI MASYARAKAT TERTINDAS DI LEBANON SEBAGAI TEMA SENTRAL. TEMANYA LEBIH BLAK-BLAKAN DAN LEBIH BERANI DI BANDING BIDADARI LEMBAH.
4. AL-AJNIHAH AL-MUKASSIRAH (1912)
MENURUT GIBRAN SENDIRI, BUKU INI MEMILIKI KESESUAIAN DENGAN FILSAFAT PERKAWINAN. DALAM BUKU INI IA TIDAK MENGUNGKAPKAN PROBLEM CINTA, YANG SELALU MENJADI TOPIK SENTRAL DALAM SELURUH NOVELNYA. DEFINISINYA TENTANG CINTA TIDAK LAGI PLATONIK ATAU FREUDIAN, NAMUN ANTARA ROMANTIS DAN SPIRITUAL. DIA BERSIKERAS MENGIKUTI CARA BLAISE PASCAL, BAHWA CINTA BUKANLAH KERJA AKAL NAMUN KERJA HATI; CINTA BUKAN SENSASI HATI SECARA BADANIAH, NAMUN SENSASI HATI YANG MEMILIKI LOGIKANYA SENDIRI.
BUKU INI DIILHAMI KISAH CINTA PERTAMANYA DENGAN HALA DAHER TAPI KEMUDIAN HUBUNGAN ITU BERAKHIR DENGAN KESEDIHAN OLEH KEMAUAN AYAH HALA DAHER. BUKU INI KEMUDIAN DITERJEMAHKAN KE DALAM BAHASA INGGRIS MENJADI THE BROKEN WINGS.
5. KITAB DAM ‘AH WA AL-IBTISAMAH (1914)
BUKU INI BERISI PUISI DAN PUISI-PROSA, BAHWA EKSISTENSI MANUSIA TEROMBANG-AMBING DIANTARA DUA SITUASI-METAFISIK-PROBLEMATIS, YAKNI KESENANGAN DAN PENDERITAAN. DALAM KEHIDUPAN MANUSIA TIDAK HANYA ADA SISI KESUSAHAN TETAPI ADA REALITAS KEBAHAGIAAN, KESENANGAN DAN CINTA. BUKU INI DITERJEMAHKAN KE DALAM BAHASA INGGRIS MENJADI A TEAR AND A SMILE.
6. THE MAD MAN ; HIS PARABELS AND POEMS (1918)
DALAM THE MAD MAN TERDIRI DARI KUMPULAM PUISI DAN PARABEL. DI DALAMNYA SANGAT TAMPAK PENGARUH NIETZSCHE TERHADAP GAYA GIBRAN DAN TREND YANG MENGIKUTI ZARATHUSTRA. GIBRAN TIDAK MENYATAKAN KEMATIAN KEILAHIAN, TETAPI MENGUNGKAPKAN HUBUNGAN KERJA SAMA ANTARA TUHAN DAN MANUSIA DALAM PENCIPTAAN.
7. AL-MAWAKIB (PROSISI: 1919)
BERISI KUMPULAN PUISI-PUISI LIRIS DALAM BAHASA ARAB. SEBAGIAN BESAR ISINYA TENTANG CINTA DAN KEHIDUPAN YANG MEMILIKI DUA SISI, BAIK BURUK, LEMBUT-LIAR DAN LAIN SEBAGAINYA. PUISINYA MENGGAMBARKAN ASPEK-ASPEK KEHIDUPAN, BAHWA DIRI YANG BERADAB SELALU MEMAHAMI KEHIDUPAN DARI KETERATURAN DAN TATANAN, SEDANGKAN DARI SPONTAN MENGANGGAP KEHIDUPAN SEBAGAI KREATIFITAS YANG LIAR DAN TAK TERATUR.
8. AL-‘AWASIF (PRAHARA: 1920)
BERISI ANTOLOGI PUISI, DENGAN TIGA PULUH SATU JUDUL BERUPA PUISI DARI CERPEN. DIANTARA JUDUL YANG BANYAK DIMINATI ADALAH NIFAR AL-QUBUR, RA’YU, AL-SYAITHAN, AL-SYAIR AL-BAGALI.
9. THE FORREUNER (1920)
DALAM PENGANTAR BUKU INI MANUSIA DIDEFINISIKAN SEBAGAI “PELOPOR”. LOGIKANYA DALAM BUKU INI MIRIP DENGAN DIALEKTIKA MARX ATAU SARTE, SECARA PSIKOLOGIS INILAH YANG DISEBUT AKTUALISASI DIRI. ISINYA KISAH-KISAH SIMBOLIS DAN PARABEL-PARABEL YANG BERKAITAN DENGAN CINTA DAN KEHIDUPAN.
10. AL-BADA’I WA AL-TARA’IF (1923)
ADALAH KUMPULAN SYAIR DAN TULISAN-TULISAN PENDEKNYA YANG PERNAH DIMUAT DALAM MAJALAH AL-HILAL.
11. THE PROPHET (1923)
GIBRAN SENDIRI MENULIS BAHWA PESAN DALAM BUKU SENSASIONALNYA INI ADALAH “TUJUAN MANUSIA HANYALAH KEABADIAN YANG HADIR DI MANA-MANA, YANG MAHA KUASA DAN MAHA TAHU” DAN DALAM CAHAYA ITU, KASIH SAYANG, KERAMAHAN, PENGAMPUNAN DAN KEBAJIKAN SEMACAM ITU MENJADI KEBUTUHAN UNTUK HIDUP DENGAN BENAR. BUKU INI TERBIT DAN TERJUAL LARIS DALAM GEJOLAK PERANG DUNIA II.
TERDIRI DARI 26 KHOTBAH PUITIK TENTANG PERKARA-PERKARA YANG LUAS KISARANNYA. TOKOH DALAM SANG NABI; ALMUSTAFA MENEKANKAN IDENTITAS POKOK DARI CINTA, KEGEMBIRAAN, KEPEDIHAN DAN KESEDIHAN, INILAH SEGI UTAMA DARI SANG NABI. ALMUSTAFA DISINI ADALAH YESUS DAN MUHAMMAD YANG MENYATU PADU, PENJELMAAN AL-INSAN AL-KAMIL DARI TRADISI SUFI. CIRI YANG MENCOLOK ADALAH BAHASA INJILINYA KING JAMES.
12. SAND AND FOAM (1926)
MERUPAKAN KOMPILASI PEPATAH DAN KATA-KATA BIJAK, SETIAP KATA-KATA DALAM KUMPULAN INI BIASA DIGUNAKAN UNTUK MEDITASI INTELEKTUAL.
13. KALIMAT JUBRAN (1927)
BERISI KUMPULAN APHORISMA (KATA-KATA BIJAK) YANG PERNAH IA TULIS DAN DITERBITKAN DALAM BANYAK MAJALAH.
14. YESUS THE SON OF MAN (1928)
DALAM BUKU INI GIBRAN MENYAJIKAN 78 KESAN YANG BERBEDA TENTANG YESUS YANG SECARA IMAJINATIF BERKAITAN DENGAN KONTEMPORERNYA, SIFATNYA NYATA SEKALIGUS FIKSI. GIBRAN MENEMPATKAN YESUS DALAM KONTEKS KEDEWAAN LAINNYA YANG PERNAH HIDUP DI DUNIA.
REKONTRUKSI IMAJINATIF GIBRAN DILAKSANAKAN DENGAN TUJUAN MENANTANG PANDANGAN SATU-DIMENSI DI KALANGAN TEOLOG BARAT TENTANG KRISTUS. GIBRAN MENGGALI ASPEK-ASPEK SIFAT KEMANUSIAAN KRISTUS, IA SERING MENGGAMBARKAN YESUS SEBAGAI SOSOK YANG MEMPUNYAI EMOSI MENDUA; TERHARU KEPADA YANG MISKIN DAN MALANG, MARAH MEMBARA TERHADAP YANG PUAS KEPADA DIRI SENDIRI DAN SOMBONG. DALAM BUKU INI YESUS ADALAH SUATU KEPRIBADIAN YANG AMAT TERLIBAT DALAM KEHIDUPAN EMOSIONAL MANUSIA, DENGAN AMAT MAHIR GIBRAN TIDAK MENYAMAKANNYA.
15. THE EARTH GOD (1931)
BUKU YANG MEMBENTUK SEBUAH TRILOGI YANG DIARAHKAN UNTUK MELAKSANAKAN DIMENSI EKSISTENSI MANUSIA. MENITIKBERATKAN HUBUNGAN TUHAN DAN MANUSIA. MANUSIA MEMPUNYAI KEINGINAN UNTUK LEBIH DEKAT DENGAN TUHAN. ESSAI INI MERUPAKAN DIALOG YANG TERJADI ANTARA TIGA DEWA, DUA DI ANTARANYA MENGANGGAP BAHWA MANUSIA MAKANAN UNTUK PARA DEWA. DEWA KE-TIGA, BERUPAYA MERUBAH SIKAP DUA DEWA YANG TOTALITER ITU, DIA MENGINGATKAN BAHWA CINTA MERUPAKAN KEBIJAKAN PARA DEWA.
16. THE WANDERER (1932)
THE WANDERER MENCERITAKAN BAHWA IDEOLOGI POLITIK, SISTEM PENDIDIKAN, LEMBAGA-LEMBAGA KEAGAMAAN, HUKUM-HUKUM SOSIAL, LINGKUNGAN KELUARGA KITA, BAHKAN HUBUNGAN PERSAHABATAN KITA, CENDERUNG MERAMPAS SUBYEKTIFITAS KITA, MEMATIKAN KEBEBASAN KITA UNTUK MENYADARI IDENTITAS DIRI.
GIBRAN MEMBERIKAN JALAN UNTUK KELUAR DARI SITUASINYA YAITU DENGAN MENJALANI KEHIDUPAN AGAPE. KARENA CINTA MURNI TIDAK BERPAMRIH, TIDAK EGOIS DAN TIDAK CAMPUR TANGAN TERHADAP KEBEBASAN ORANG LAIN UNTUK “MENJADI”, “BERBUAT”, DAN “MEMILIKI”. DI TITIK INI DIA MENGGAMBARKAN DENGAN BEBERAPA CONTOH BAGAIMANA CINTA BEKERJA DALAM HUBUNGAN AKRAB PERKAWINAN, KELUARGA DAN PERSAHABATAN.
17. THE GARDEN OF THE PROPHET (1933)
BUKU INI MERUPAKAN KELANJUTAN KISAH ALMUSTAFA DALAM SANG NABI.
SELAIN YANG DI ATAS, MASIH BANYAK BUKU-BUKU LAIN YANG DITERBITKAN ATAS KEINGINAN ORANG LAIN UNTUK MEMENUHI BANYAK PEMINAT KARYA-KARYA GIBRAN, BAIK TENTANG BIOGRAFINYA, PROSES INTELEKTUAL, PEMIKIRAN GIBRAN DAN BAKAT SENINYA. ADA JUGA BUKU-BUKU YANG TERBIT TERDIRI DARI KUMPULAN TULISAN-TULISAN GIBRAN SEPERTI A TREASURY OF KAHLIL GIBRAN, THE VOICE OF KAHLIL GIBRAN, SPIRITUAL OF SAYINGS OF KAHLIL GIBRAN, KAHLIL GIBRAN: A SELF POTRAIT, DAN AL-MAJMU’AH AL-KAMILAH LI MUALLAFAT JUBRAN KHALIL JUBRAN.