Nabi tidak mengajarkan menuduh bid'ah, kafir, radikal dan teroris. beruntunglah nabinya bukan kelompok pengaku ahlussunnah "takfiri"
Sikap Lunak Nabi Saw Terhadap Para Sahabatnya Menjadi Sunnah yang Layak Ditiru dan Diikuti
Tulisan KH Nidhom Subki, Tumpang Malang, yang kami sajikan buat anda ini sangat menarik. Dengan gaya satir, sang Kiyai NU ini menyampaikan cerita berdasar riwayat Hadits-hadits Nabi Saw. Tulisan ini menyoroti saudara-saudara kita yang punya hobi membid’ahkan, mengkafirkan dan memusyrikkan umat Islam. Orang seperti ini biasa disebut sebagai TAKFIRI, yaitu orang yang gemar menganggap kafir sesama muslim. Rasulullah melarang perbuatan keji ini.
Di zaman Nabi Saw, banyak dari Sahabat Nabi yang membuat kreasi sendiri berdasar insiatif sendiri berupa kebaikan terkait ibadah. Misalnya Sayyidina Bilal bin Rabah senantiasa berwudlu dan melakukan shalat setelah wudlu, yang mana hal ini tidak pernah diajarkan Rasulullah Saw. Atau ada juga Sahabat Mu’adz bin Jabal yang merintis cara bermakmum masbuk berdasar inisiatifnya sendiri. Cara Muadz bin Jabal sampai saat ini diikuti oleh seluruh umat Islam.
Nah, dalam tulisannya ini, KH Nidhom Subki menyampaikan lima contoh sahabat yang merintis kebaikan terkait ibadah tidak bedasar ajaran Nabi saw. Yuk, kita baca secara lebih lengkap berikut ini….
Untung Nabinya Bukan Anda!
Beruntung sekali kita dijadikan ummat Nabi Muhammad SAW. Nabi yang Rouuf, Nabi yang Rohiim. Nabi yang punya misi rahmatan lil ‘alamin. Nabi yang punya prinsip ” Buat Mudah jangan buat sulit!”. “Gembirakan jangan kau takut-takuti”. “Dekati! Jangan buat lari!”. “Yassiru wa laa Tu’assiruu!”, “Bassyiru wa laa tundziru!”
Tak bisa dibayangkan jika Nabinya adalah ANDA, golongan yang punya kebiasaan unik tapi sangat tidak menarik, yaitu membid’ah-bid’ahkan, menyesat-nyesatkan bahkan mengkafir-kafirkan saudaranya sendiri. Coba lihatlah bagaimana Rosulullah SAW memberikan contoh dalam menyikapi hal-hal baru yang tidak beliau ajarkan secara khusus.
Ya …. semua ini, hal-hal baru ini terjadi di zaman Rasulullah SAW. Antara lain:
Pertama;
Bilal bin Robah setiap kali hadats (batal wudlu’) beliau langsung bersuci. Bilal juga selalu sholat dua roka’at setiap selesai wudlu dan sehabis adzan. Hal ini beliau lakukan berdasarkan pemikiran beliau sendiri, inisiatifnya sendiri. Tidak ada petunjuk khusus dari Rosulullah SAW.
Lalu bagaimanakah respon Rosulullah SAW ? Apakah Rosululloh berkata: “Hai Bilal engkau telah membuat kreasi sendiri dalam ibadah. Engkau telah berbuat bid’ah! Engkau telah sesat! Nerakalah tempatmu!”. Apakah Rosulullah SAW berkata seperti itu?
Sama sekali TIDAK, sekali lagi …. TIDAK! Bahkan Rosulullah SAW memuji Bilal, “Engkau mendahuluiku ke surga wahai Bilal!” Nabi Saw Mengaku mendengar langkah terompah Bilal di Surga. (diriwayatkan oleh Atturmudzi di dalam Sunan, al-Hakim dalam al-Mustadrok, al-Bayhaqi dalam Syu’abul Iman).
Beruntung sekali Bilal, karena …… Nabinya bukan ANDA!!!!! …..
Kedua;
Dalam sebuah kisah yang penuh dengan patriotisme, Khubaib bin Adi al-Anshori melakukan sholat dua rokaat sebelum dibunuh oleh orang-orang qurays, hingga akhirnya kematian syahid menjemputnya ditiang salib. Sholat yang dilakukan oleh Khubaib bin Adi ini kemudian menjadi tradisi yang dilakukan oleh para sahabat yang dengan tabah menerima kematian oleh kekejaman orang-orang kafir. (silahkan lihat al-Mu’jamul Kabir Atthabrani, juga diriwayatkan al-Bukhori dan Ahmad)
Sholat dua roka’at yang dilakukan oleh Khubaib muncul dari inisiatifnya sendiri, karena beliau beranggapan sholat adalah ibadah yang paling utama dan mulia. Beliau ingin akhir hayatnya ditutup dengan sholat. Rasulullah SAW tidak pernah memberi petunjuk khusus mengenai hal itu, misalnya Rasulullah SAW memerintahkan “Sholatlah dua roka’at sebelum engkau di bunuh oleh orang-orang kafir!”.
Tidak! Nabi SAW tidak mengajarkannya. Lalu apakah Rasulullah SAW kemudian berkata seperti perkataan ANDA? Apakah Nabi SAW menyesatkan Khubaib sebagaimana ANDA menyesatkan saudara ANDA sendiri? Apakah setelah Nabi mengetahui apa yang dilakukan oleh Khubaib kemudian beliau berkata “Khubaib telah sesat, ia telah berbuat bid’ah!” Tidak! Sekali lagi Tidak!
Beruntung sekali Khubaib Bin Adi, karena ….. Nabinya bukan ANDA!
Ketiga;
Salah seorang sahabat anshor yang menjadi imam di masjid Quba’, setiap kali selesai membaca surat al-fatihah beliau pasti membaca surat al-ikhlas, baru kemudian beliau membaca surat yang lain. Jadi surat apa pun yang ia baca dalam sholat pasti didahului dengan membaca surat al-ikhlas. Hingga berita ini sampai kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat yang menjadi imam itu, “Apa yang mencegahmu memenuhi permintaan teman-temanmu? Apa yang mendorongmu membaca surat al-ikhlas itu setiap raka’at?” Sahabat itu menjawab, “Sungguh aku mencintai surat itu” Lalu Nabi SAW berkata, “Apa yang kau cintai akan membawamu ke surga”. (lihat Fathul Baari al-Hafidz Ibnu Hajar dalam bab al-jam’u baina suratain fir rok’ati).
Maa Syaa Allah …. inilah Nabiku, inilah Nabi anda … inilah Nabi kita.
Lihatlah! Apakah Nabi langsung melotot seperti ANDA sambil teriak, “SESAT KAU!!”, “BID’AH KAU!”, “Engkau telah membuat hal-hal baru dalam agama, engkau melakukan sesautu yang tidak aku contohkan, yang tidak aku ajarkan!” . “NERAKA TEMPATMU!”.
TIDAK! Sekali lagi TIDAKK! … Maknyesss, Rasulullah SAW berkata: “APA YANG ENGKAU CINTAI MEMBAWAMU KE SURGA”. Clepp … adem!
AH …. beruntung sekali sahabat itu, karena …. NABINYA BUKAN ANDA !!!
Keempat;
Qotadah bin Nu’man, sebagaimana diceritakan al-Hafidh ibn Hajar, setiap malam beliau menghabiskan malamnya dengan mengulang-ulang surat al-ikhlas di dalam sholat hingga masuk waktu subuh. Hal ini kemudian dilaporkan kepada Nabi. Dan bagaimanakah tangapan Nabi? Apakah Nabi akan merespon seperti ANDA? Apakah Nabi mengatakan “jika itu baik pasti aku lebih dulu mengerjakannya!” Apakah Nabi berkata, “Engkau melakukan ibadah tanpa contoh dariku! Ibadahmu sia-sia! Bid’ah Kau! Sesat kau! …. TIDAK! sekali lagi TIDAK! Malah sebaliknya Rasulullah SAW dengan lembut dan motivasi yang tinggi beliau berkata: ”Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamannya, surat al-Ikhlash itu sebanding dengan sepertiga al-Qur’an.”
Ah …. beruntung sekali sahabat Qotadah bin Nu’man itu, karena …. NABINYA BUKAN ANDA!
Kelima;
Yang ini bahkan hingga sekarang kita lakukan dan dilakukan oleh seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Tak terkecuali ANDA yang hobi membid’ahkan.
Sebelum peristiwa ini terjadi, ketika para sahabat ketinggalan shalat jama’ah, mereka akan bertanya sudah raka’at keberapakah Nabi? Kemudian mereka akan takbir dan melakukan gerakan-gerakan yang tertinggal hingga ketika sudah sama gerakan dan raka’atnya baru mereka mengikuti gerakan imam. Sehingga jama’ah terlihat kurang teratur. Ada yang masih berdiri, ada yang masih ruku’, ada yang sujud, dan lain sebagainya. Hingga suatu hari datanglah Mu’adz bin Jabal yang terlambat jama’ah. (diriwayatkan oleh imam Ahmad dan Abu Dawud)
Mu’adz bin Jabal langsung mengikuti gerakan Nabi, dan setelah salam beliau menambah raka’at yang tertinggal. Hal ini dia lakukan semata-mata karena kecintaannya pada Rasulullah SAW. Beliau tidak mau ketinggalan lebih banyak lagi, beliau ingin gerakannya sama dengan gerakan imam, dalam hal ini Rasulullah SAW.
Lalu bagaimanakah Rasulullah SAW menyikapi tindakan Mu’adz bin Jabal tersebut, yang sama sekali belum pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW? Bahkan berbeda dengan sahabat-sahabat yang lain. Apakah Nabi SAW mengatakan seperti perkataan ANDA, ”Engkau melakukan ibadah menurut kreasimu sendiri! Ibadahmu sia-sia! Bid’ah Kau! Sesat kau!
TIDAK! Sekali lagi TIDAK! Bahkan Rasulullah SAW kemudian berkata, ”Sesungguhnya Mu’adz telah membuat satu jalan (cara) baru untuk kalian, lakukanlah seperti yang dilakukan oleh Mu’adz!” Dan hingga sekarang kita melakukan apa yang dilakukan oleh Mu’adz bin Jabal. ALHAMDULILLAH…
Beruntung sekali Mu’adz Bin Jabal karena di setiap gerakan yang dilakukan oleh makmum masbuq mulai saat itu hingga hari qiyamat, Mu’adz bin Jabal mendapat bagian pahalanya, karena dia lah yang memulai cara yang baik itu. Dan beruntung sekali, karena …. Nabinya bukan ANDA!
Sebenarnya masih ada ke enam, ke tujuh, ke delapan … dan seterusnya. Anda bisa mencarinya sendiri, bukankah anda adalah kelompok yang paling ngerti hadits Nabi Kami?
Saudaraku… anda yang ngaku paling ngerti sunnah! Bukankah sikap Nabi SAW di atas juga sunnah? Bukankah perkataan Nabi SAW pada Bilal bin Rabah, Ucapan Nabi SAW pada sahabat Anshar, perkataan Nabi SAW pada Qotadah, perkataan Nabi SAW pada Mu’adz, bukankah ucapan-ucapan seperti itu juga sunnah? Bukankah banyak sunnah-sunnah yang membuat sejuk, membuat tentram, membuat damai, memberi motivasi?
Tapi… entahlah mengapa anda hanya berkutat pada sunnah sekitar celana dan jenggot saja. Anda terlalu serius pada hadits kullu bid’atin dlolalatun hingga lupa ada hadits man sanna sunnatan hasanatan... eh … maaf saya sudah suul adab, menjelaskan sunnah pada antum. Bukankah antum yang lebih faham sunnah?
Tapi … ya sudahlah! teruskan saja membid’ah-bid’ahkan, menyesatkan-nyesatkan, mengkafir-kafirkan. Kami akan tetap bahagia dan terima kasih untuk anda, karena anda kami bisa lebih bersyukur …. KARENA ALHAMDULILLAH, … NABI KAMI BUKAN ANTUM
Oleh: K. H. Nidhom Subki Tumpang Malang
http://www.islam-institute.com/mencontoh-nabi-saw-buat-mudah-jangan-buat-sulit/