Hak istri yg kerap dilupakan suami
istrimu adalah perempuan yang kamu nikahi karena keinginanmu menjadikannya satu-satunya permaisuri di hidupmu. Dia adalah anak gadis ibu-bapaknya yang kamu ambil dan diserahkan tanggung jawabnya kepadamu. Dan ingatkah kamu, saat kamu berucap ikrar-ikrar pernikahan di depan khalayak orang banyak, seakan kamu tengah mengucap janji dihadapan Tuhan.
Tapi mengapa saat dia telah menjadi isterimu, kamu menyiakan-nyiakannya?
Jangan sampai, kamu mengaburkan esensi dari pernikahan yang kamu lakukan, hanya menjadi bentuk obsesi sesaatmu saja untuk mendapatkan dirinya.
Wahai para suami, istrimu tak cukup hanya dengan buaian kata-kata manismu, di saat bersamaan dia juga tengah berpeluh dengan seabrek tumpukan pekerjaan rumah tangga.
Wahai para suami, isterimu tak cukup hanya dengan pelukan hangat darimu, di saat bersamaan dia harus berpeluh dengan masalah-masalah anakmu di sekolah yang tiada habis-habisnya.
Ingat, masalah di dalam keluarga, bukan hanya tanggung jawabnya, melainkan bersama, yang berarti menjadi tanggung jawab “kita”, bukankah saat “kita” ada, “aku atau kamu” lenyap?
Mungkin, kamu tidak benar-benar berniat untuk menyakiti istrimu, maka ingatlah berikut ini menyoal hak-hak isteri yang kerap dilupakan oleh suami :
Menerima kasih sayang dan cinta darimu
Tahukah kamu, jika kamu pulang dari bekerja, kamu seolah menjadi orang yang paling berat bekerja demi keluarga, hingga kamu seakan telah memiliki hak preogratif seutuhnya terhadap istrimu, apa-apa kamu minta dilayani, dari ujung kaki hingga ujung kepala, dari buka sepatu hingga mengambilkan makanan.
Dan sadarkah kamu, istrimu di rumah tidak hanya menghabiskan waktunya dengan menonton serial drama korea belaka, bahkan nyaris dia lupa berdandan, sebab dari pagi hingga petang dia terus-terusan berkutat pada pekerjaan rumah tangga. Istrimu berupaya memberi fasilitas ternyaman untukmu dan anak-anakmu, mengindahkan pakaianmu dan anak-anakmu, mencukup gizi untukmu dan anak-anakmu.
Bukankah, istrimu juga cukup pantas menerima kasih sayang dan cinta darimu? Sesekali melayaninya di waktu kosong sudah cukup membuat letihnya sekejap menghilang.
Mendengar keluh kesahnya
Jika kamu pikir, definisi istri adalah pelayanan, maka sudah barang tentu, kamu pantas memperlakukannya sebagai pelayan di rumahmu, namun ketahuilah, istrimu adalah pakaianmu, bukan alas kaki yang mampu kamu injak seenaknya.
Sebetulnya, kadangkala urusan rumah tangga itu menyoal hal-hal remeh-temeh seperti ini, yang ujung-ujung bisa menjadi besar jika terus dilarutkan-larutkan. Jangan mengira istrimu adalah robot yang dapat terus melayanimu setiap saat, sama sepertimu, isterimu memiliki berbagai macam perasaan yang menggenap di dadanya, dia juga bisa kelelahan, apalagi bersedih. Lebih pekalah padanya, jangan terus menuntutnya untuk melayanimu, dengarkan keluhannya agar dia merasa bahwa masih ada bahumu untuk dia bersandar.
Beri kesempatan “me time”
Bukannya istrimu tak memiliki rasa bosan dan penat karena setiap waktu berkutat pada pekerjaan rumah tangganya, maka sesekali beri dia kesempatan untuk menyegarkan kembali pikirannya dengan menghabiskan waktu untuk membagiakan dirinya sendiri. Karena takkan ada rumah yang akan bercahaya dengan melenyapkan keceriaan istrimu. Istrimu adalah jantung rumahmu, dan apa jadinya jika jantungnya diambil?
Beri kesempatan memaksimalkan potensinya
Pernahkah kamu berpikir akan keinginan-keinginan istrimu dulu, yang dia padamkan hanya karena ingin mengurus dirimu dan anakmu seutuhnya saat ini? Tahukah kamu bahwa dirinya, dibentuk menjadi kader berpengetahuan dari bapak-ibunya dengan titel-titel yang menyandang di belakang dirinya, namun sekali lagi, karena hanya demi dirimu dan anakmu dia bahkan rela mengorbankan hasratnya itu? Jika kamu mulai menyadarinya, maka kembalikanlah haknya yang sedikit itu, beri dia kesempatan mengembangkan potensinya dengan tidak mengurangi kewajibannya sebagai istri. [so]